Lihat ke Halaman Asli

Sofyan Utiarahman

Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Puisi: Ketika Aku Diterpa Angkara

Diperbarui: 2 Februari 2023   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Dokpri. Desain Canva

Jarum jam berjalan kaku, di bilik bertabur warna ungu, aku duduk termangu, memerdekakan niat menetapkan arah berbingkai tujuh.


Ketika aku diterpa angkara, bersama urita yang dihantar angin kering, kalian berlabuh bersama beriring, melantai melungguh tak bergeming, dengan dandanan anggun dan alis hampir miring.


Warta angin menusuk perlahan, hingga ke bagian dalam rusuk sebelah kanan, di ruangan  berdinding violet yang sengaja dibentangkan, senyum harmoni ku lagukan, dengan dawai perindu yang menyejukkan.


Aku membaca guratan wajah kalian, tersurat rapi di atas lembar harapan, bersaksi di atas kertas sepan, yang belum selesai kita tuliskan.


Berhentilah berandai, Kawan, dengan warta-warta yang bisa diterbangkan angin topan, kemudian berserakan di hamparan, dan hanya menjadi sampah-sampah berserakan.

Langkah bersama kita patrikan, kuat genggam tak terlepaskan, oleh  sgala badaiguncangan, kokoh kita tak terpisahkan, menyulut api berbias cahaya harapan.


Di sini, di sekolah harapan.


#Medio180221
#Ruangsejutainspirasi,13.54

*Kurangkai aksara menjadi kata, saat aku diterpa angkara

Opan Semesta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline