Saat embun belum beranjak dari rerumputan di taman sekolah
ku melangkah tegap tak lelah
memandang takjub bangunan megah
menyusuri pepohonan kering setengah
rantingnya berjatuhan patah,
Ku duduk menatap wajahmu tersenyum
berbicara kepada kami yang belia duduk mengulum
ya, aku dan teman-temanku juga menyambutmu tersenyum
yang menyajikan aksara lisan bagaikan petuah hukum,
Kala itu,
tiga puluh empat tahun berlalu