Lihat ke Halaman Asli

Sofyan Utiarahman

Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Rumahku, Surgaku

Diperbarui: 26 Maret 2022   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dr. Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd. Sumber: https://www.gurupenggerakindonesia.com. Akses tanggal 12 Maret 2022. 

Rumahku, Surgaku

    Karya Opan Semesta

Hari Ahad, pukul 06.00. Aktivitas di rumah sederhana sudah mulai tampak. Bunyi piring bersinggungan terdengar dari dapur. Gemercik air mengalun bagaikan lantunan lagu tanpa irama. Menyelisik ruangan hingga ke pendengaran. Penanda aktivitas pagi mulai ditunaikan. Menjalankan rutinitas keseharian. Wujud penghambaan di dunia fana.

Rumah sederhana bersih dan asri. Lantainya nyaris tanpa debu. Tak tampak secuil kertas ataupun sejenisnya. Cat dinding berpadu tatawarna berkesan cerah. Perabot rumah tangga tertata rapi pada tempatnya. Tak tampak kesan mewah dan antik. Sederhana. Sungguh, penataan yang memberi makna luas pada rumah berdinding tripleks berukuran sempit. 

Di depan rumah tampak berdiri tenda berukuran empat kali enam meter. Berhias janur kuning yang dirangkai menyilang. memberi kesan unik dan alami. Kursi tertata bagaikan barisan tentara memanggul senapan yang bersiap terjun ke medan tempur. He..he... Adapula meja yang telah tersedia hidangan sederhana.

Pak Jaya dan Bu Kiyah baru sehari menempati rumah itu. Mereka mengundang para tetangga dan kerabat. Tidak banyak. Sekitar dua puluh orang. Acara mempererat tali silaturahmi. Sebagai tetangga baru, Pak Jaya berniat menjalin hubungan baik. Ia sering mendengar ceramah. Harus menjalin hubungan baik dengan tetangga. Agar hidup rukun dan damai.

Pak Jaya  berprofesi sebagai guru honor di SD Negeri 01 Sidomulyo. Tubuhnya gendut. Selalu mengenakan kopiah hasil sulaman pengrajin di desanya. Tatapannya tajam dan selalu tersenyum. Senyumannya menawan, membuat murid-murid senang dengannya. Sebagai guru honor, penghasilannya pas-pasan. Pemerintah belum mampu memberi gaji memenuhi UMP*). Gaji yang diterimanya diupayakan mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam mengejar mimpi membangun rumah, Pak Jaya "Nyambi" di sore hari. Menjual tahu goreng dengan sepeda ontelnya. Keliling desa. Turun setelah sholat Ashar dan kembali lima belas menit menjelang sholat Magrib. Tahu goreng Pak Jaya memiliki cita rasa khas. Banyak diminati. Enak dan renyah. Apalagi oleh ibu rumah tangga yang tidak sempat membeli ikan pada Badola**). Tahu goreng Pak Jaya menjadi penganan pengganti lauk.

Lagu Tolaal Badru mengalun samar dari mini compo yang terletak di atas rak sudut. Lagu religi yang syahdu menemani keluarga Pak Jaya yang sudah berdiri menyambut para tamu. Senyum simetris terpelihara dari bibir keempat anggota keluarga kecil itu. Membuat para tamu merasa terhormat dan dihargai.

"Selamat menempati rumah baru, Pak Jaya. Semoga keberkahan senantiasa menyertai Bapak dan keluarga," ungkap Kepala Dusun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline