Lihat ke Halaman Asli

Cara Menghadapi “Penunggu” Tol Cipularang

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

Telah lama beredar kabar tentang angkernya tol Cipularang, sebuah tol panjang yang menghubungkan Jakarta-Bandung dan berbagai kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konon kabarnya di kilo meter tertentu sering terjadi keanehan-keanehan yang tidak jarang berakibat pada kecelakaan pengguna jalan hingga merenggut nyawa banyak orang, termasuk istri salah seorang terkenal di negeri ini.

Benar tidaknya cerita-cerita keangkeran yang dianggap sebagai penyebab kecelakaan di jalan tol Cipularang, bukanlah maksud kami untuk ikut berpolemik dalam masalah ini. Hanya saja yang perlu dipahami, cerita-cerita tersebut sangat mungkin benar terjadi dan telah dimaklumi cerita-cerita serupa juga terdapat di tempat lain. Sebab, hal itu sudah merupakan metode dan modus operandi para setan dari kalangan jin untuk menyesatkan manusia, yang mereka gunakan dari masa ke masa.

Tujuan utama mereka agar manusia tergoda untuk melakukan dosa terbesar yang dapat mengekalkan pelakunya di neraka, yaitu berbuat syirik atau menyekutukan Allah ta’ala dalam bentuk berdoa; memohon perlindungan (isti’adzah) kepada selain Allah ta’ala, yaitu kepada setan-setan “penunggu” atau “penguasa” suatu tempat.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” [Al-Jin (72): 6]

            Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan dalam Tafsirbeliau:

إذا نزلوا واديا أو مكانا موحشا من البراري وغيرها كما كان عادة العرب في جاهليتها يعوذون بعظيم ذلك المكان من الجان

“Apabila mereka (kaum musyrikin di masa Jahiliyah) mendatangi suatu lembah atau tempat tertentu yang angker di suatu daratan atau tempat lainnya, sebagaimana kebiasaan orang Arab di masa Jahiliyah, mereka memohon perlindungan kepada jin penguasa tempat tersebut.” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/239]

Kaum musyrikin di zaman Jahiliyah memohon perlindungan kepada jin penguasa di tempat tersebut setelah ditakut-takuti oleh setan-setan yang mendiami tempat itu. Dan ternyata, pada awalnya setan juga takut dengan kedatangan manusia di tempat mereka, demi melihat ketakutan manusia kepada mereka dalam bentuk permohonan agar diberi perlindungan, maka para setan pun mulai menakut-nakuti manusia, maka jadilah hal ini sebuah metode untuk menyesatkan manusia.

Al-Imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya:

عن عكرمة قال: كان الجن يَفْرَقُون من الإنس كما يفرَق الإنس منهم أو أشد، وكان الإنس إذا نزلوا واديا هرب الجن، فيقول سيد القوم: نعوذ بسيد أهل هذا الوادي.فقال الجن: نراهم يفرقون منا كما نفرق منهم. فدنوا من الإنس فأصابوهم بالخبل والجنون

“Dari Ikrimah, beliau berkata, dahulu jin lari dari manusia (karena takut) sebagaimana manusia lari dari jin bahkan lebih takut lagi. Dan ketika manusia mendatangi lembah tertentu maka jin pun lari, lalu pemimpin kaum manusia (yang melewati lembah tersebut) berkata, “Kami berlindung dengan penguasa (jin) yang menghuni lembah ini,”maka jin berkata, “Kami lihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka.” Lalu para jin mulai mendekat kepada manusia dan menimpakan penyakit gila dan linglung (yakni kesurupan).” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/239]

Maka jelaslah, keangkeran suatu tempat bukan karena adanya kuburan atau makam tertentu, bukan pula karena ada arwah penasaran yang meninggal secara tidak wajar di tempat tersebut, semua itu hanyalah tipu daya setan untuk menyesatkan manusia. Minimalnya, jika seseorang telah berkeyakinan bahwa orang yang sudah mati ruhnya dapat bergentayangan lagi di dunia dan bisa memberi manfaat atau menimpakan bahaya maka aqidah tauhidnya menjadi rusak, sebab telah dikabarkan dalam dalil-dalil syari’at bahwa ruh yang sudah meninggal dunia hanya memiliki dua keadaan, apakah nikmat atau azab kubur yang dia dapatkan. Demikian pula, orang yang sudah mati tidak dapat memberi manfaat dan menimpakan bahaya selain Allah ta’ala.

Pembaca yang budiman, minimal ada 6 bentuk kesyirikan kepada Allah ta’ala yang tersebar di tengah-tengah masyarakat, sebagai hasil dari metode setan; menakut-nakuti manusia di tempat-tempat angker. Kami sebutkan secara ringkas (insya Allah pada kesempatan lain akan kami rinci):

   1.      Syirik dalam do’a atau isti’adzah, yaitu memohon perlindungan kepada selain Allah ta’ala. Dalam hal ini permohonan kepada setan, seperti ucapan sebagian orang, “Mbah permisi, saya mau lewat, tolong jangan diganggu.”

Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Memohon Perlindungan Kepada Selain Allah Ta’ala Termasuk Syirik 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/memohon-perlindungan-kepada-selain-allah-taala-termasuk-syirik-2/  

   2.      Syirik dalam tawakal, yaitu bergantungnya hati kepada selain Allah ta’ala dalam perkara yang  tidak mampu dilakukan kecuali hanya oleh Allah ta’ala semata. Dalam hal ini tawakal kepada setan dalam meraih suatu keselamatan dari bahaya.

Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Bagaimana Merealisasikan Tawakkal Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/bagaimana-merealisasikan-tawakkal-kepada-allah-subhanahu-wa-taala/ 

   3.      Syirik dalam khauf (takut), yaitu takutnya seseorang kepada sesuatu dengan keyakinan ia dapat menimpakan kemudharatan kepadanya selain Allah ta’ala, padahal setan-setan itu tidak sedikitpun mampu menimpakan bahaya kepada manusia kecuali dengan izin Allah ta’ala.

Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Janganlah Engkau Takut Kepada Selain Allah Subhanahu wa Ta’ala 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/janganlah-engkau-takut-kepada-selain-allah-subhanahu-wa-taala/ 

   4.      Syirik dalam roja’ (harap), yaitu mengharapkan sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali hanya oleh Allah ta’ala, yaitu mengharapkan perlindungan kepada setan, yang tidak mampu diberikan kecuali hanya oleh Allah ta’ala.

Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Gantungkan Harapanmu Hanya Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/gantungkan-harapanmu-hanya-kepada-allah-subhanahu-wa-taala/ 

   5.      Taqorrub (mendekatkan diri) kepada setan. Kesyirikan dalam bentuk ini sangat beragam dan luas, terkadang dalam bentuk sembelihan ataupun sesajen berupa macam-macam makanan untuk setan, sampai-sampai di tempat tertentu manusia dijadikan tumbal untuk setan. Demikian pula, mengadakan ziarah khusus ke makam tertentu disertai ritual-ritual ibadah tertentu, dengan harapan penghuni makam tersebut dapat memberi suatu kemanfaatan atau melindungi dari suatu bahaya.

Beribadah di kuburan dan berlebih-lebihan (ghuluw) dalam menyikapi kuburan termasuk sarana yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan. Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Berlebih-lebihan Terhadap Kuburan Menyebabkan Perbuatan Syirik 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/berlebih-lebihan-terhadap-kuburan-menyebabkan-perbuatan-syirik/ 

   6.      Syirik dalam rububiyyah, yaitu meyakini ada selain Allah ta’ala yang bisa memberikan kemanfaatan dan menimpakan bahaya atau menolaknya.

Lalu bagaimana cara menghadapi setan pengganggu di tempat-tempat angker?

Jawabannya adalah dengan mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu dengan menghindari semua bentuk perbuatan syirik kepada Allah ta’ala, sebab hanya dengan itu seseorang akan mendapatkan keamanan dan perlindungan Allah ta’ala dari segala bahaya. Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُون

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’am (6): 82]

Makna kezaliman dalam ayat ini adalah perbuatan syirik yang merupakan kezaliman terbesar, sebagaimana diterangkan dalam hadits Abdullah bin Mas’udradhiyallahu’anhu, beliau berkata:

لَمَّا نَزَلَتْ (الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ) شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالُوا أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْسَ هُوَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ يَا بُنَىَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ketika turun ayat, Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman.” [Al-An’am (6): 82] Hal itu memberatkan para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sampai mereka berkata, “Siapa diantara kita yang tidak menzhalimi dirinya sendiri.” Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “(Kezhaliman dalam ayat tersebut) tidak seperti yang kalian kira, hakikat kezhaliman yang dimaksud adalah (syirik) sebagaimana ucapan Luqman kepada anaknya, “Wahai anakku janganlah menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar.”[Luqman (31): 13].” [HR. Al-Bukhari no. 6973 dan Muslim, no. 342]

Terutama mentauhidkan Allah ta’ala dalam 6 perkara di atas, yaitu:

   1.      Hanya berdo’a dan memohon perlindungan kepada Allah ta’ala, sebagaimana perintah-Nya:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم

Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[Fushshilat (41): 36]

   2.      Hanya bertawakal kepada Allah ta’ala, karena barangsiapa yang bertawakal kepada Allah ta’ala maka pasti Allah ta’ala akan melindunginya, sebagaimana firman-Nya:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُه

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. “ [Ath-Tholaq (65): 3]

   3.      Hanya takut kepada Allah ta’ala, sebagaimana perintah-Nya:

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [Ali Imron (3): 175]

   4.      Hanya mengharap kepada Allah ta’ala, karena tidak ada satu pun yang dapat diharapkan bisa memberi manfaat dan menolak bahaya selain Allah ta’ala. Oleh karena itu Allah ta’ala melarang kita berdoa kepada selain-Nya:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat (bahaya) kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim”.[Yunus (10): 106]

   5.      Hanya mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, baik dengan sholat, sembelihan maupun semua bentuk ibadah, hanya boleh dipersembahkan kepada Allah ta’ala, sebagaimana perintahnya:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan Menyembelihlah (hanya untuk-Nya).” [Al-Kautsar (108): 2]

Dengan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala; melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, seorang hamba akan semakin dekat dengan pertolongan Allah tabaraka wa ta’ala dan semakin jauh dari gangguan setan.

   6.     Meyakini hanya Allah ta’ala yang dapat memberikan manfaat dan menimpakan bahaya atau menolaknya. Allah ta’ala telah mencela kaum musyrikin yang beribadah kepada selain-Nya, padahal tidak sedikitpun mampu memberi manfaat dan menimpakan bahaya kepada mereka, tidak pula mampu menghilangkan suatu bahaya, sebagaimana firman-Nya:

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ

Ibrahim berkata: ‘Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat (bahaya) kepada kamu?’” [Al-Anbiya’ (21): 66]

Juga firman-Nya:

قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً

Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya’.” [Al-Isra’ (17): 56]

Doa menghadapi “Penunggu” Tempat Angker

Secara khusus, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah berpesan untuk meminta perlindungan kepada Allah ta’ala dengan sebuah do’a, sebagaimana dalam hadits Khaulah binti Hakim As-Sulamiyyah radhiyallahu’anha, beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا نَزَلَ أَحَدُكُمْ مَنْزِلاً فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. فَإِنَّهُ لاَ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْه

“Apabila seorang diantara kalian mendatangi suatu tempat hendaklah membaca:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“A’uudzu bi kalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq.”

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.”

Maka sesungguhnya (jika dia membaca doa tersebut) tidak ada apa pun yang dapat membahayakannya sampai dia meninggalkan tempat itu.” [HR. Muslim, no. 7054]

Doa ini juga dianjurkan untuk dibaca dalam memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari binatang berbisa (ataupun binatang buas), sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَقِيتُ مِنْ عَقْرَبٍ لَدَغَتْنِى الْبَارِحَةَ قَالَ أَمَا لَوْ قُلْتَ حِينَ أَمْسَيْتَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ تَضُرُّكَ

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam lalu berkata, wahai Rasulullah, tadi malam aku disengat oleh kalajengking, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, Andaikan ketika memasuki waktu sore engkau membaca doa:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“A’uudzu bi kalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq.”

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.”

Maka (jika engkau membacanya) kalajengking itu tidak dapat membahayakanmu.”[HR. Muslim, no. 7055]

Penjelasan makna doa ini dapat didownload dalam artikel Bacaan di Tempat Angker 

Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/bacaan-di-tempat-angker/ 

Juga disunnahkan membaca sebuah doa untuk meminta perlindungan Allah ta’ala terhadap anak-anak dari setan, binatang berbisa dan mata manusia yang dapat menyebabkan penyakit ‘ain, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbasradhiyallahu’anhuma, beliau berkata:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ ، أَعُيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ وَيَقُولُ إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ

“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah memperlindungkan Al-Hasan dan Al-Husain (kepada Allah ta’ala):

أَعُيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaithonin wa haamatin wa min kulli ‘ainin laamatin.”

“Aku memperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang maha sempurna dari setan, binatang berbisa dan mata yang dengki (makna yang lain: segala macam bahaya).”

Dan beliau bersabda, (kepada Al-Hasan dan Al-Husain), sesungguhnya bapak kalian berdua (yaitu nabi Ibrahim ‘alaihissalam) memperlindungkan Ismail dan Ishaq dengan doa ini.” [HR. Al-Bukhari, no. 3371]

Adapun secara umum, masih banyak doa-doa yang dapat dibaca untuk meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, jika seseorang belum menghapalnya maka boleh berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dengan bahasa apa saja yang dia ketahui, tentunya disertai dengan tawakal dan pengharapan hanya kepada Allahtabaraka wa ta’ala.

Bagi seorang muslim, doa dan tawakal kepada Allah ta’ala disertai usaha maksimal sudah cukup untuk selamat dari berbagai macam bahaya yang mengancamnya, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala, karena itulah yang diajarkan oleh syari’at yang mulia ini. Sehingga tidak perlu membunyikan klakson ataupun minta permisi kepada para para jin yang mendiami jalan tertentu, apalagi sampai memohon kepada mereka agar dilindungi dan diselamatkan dalam perjalanan, karena perbuatan itu termasuk kesyirikan kepada Allah ta’ala yang jauh lebih berbahaya dibanding musibah kecelakaan yang kita alami di dunia ini.

Peringatan dari bahaya syirik dapat dibaca dalam artikel berikut: 

 

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sumber: http://nasihatonline.wordpress.com/2011/09/10/cara-menghadapi-penunggu-tol-cipularang/

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline