Kekasih...
Tengoklah air langit itu, dia tiba untuk bermusim dipadang muson.
Sedangkan kita dikurung oleh awan yang mendung... Saling mengadu, berusaha memecahkan rindu-rindu.
Kekasih...
Adakah jarak yang tak membuat kita senggang... Seperti syarat yang tak memerlukan batas pandang.
Adakah sekat yang tak membebaniku membalut resah atau aksa yang tak meluruhkan asmaraloka?
Terkadang... Aku ingin seperti hujan... Yang tak menghiraukan waktu untuk tumpah... Agar kelak ketika inginku memuncak dibukit temu, aku tak perlu berdebat dan berkelahi dengan waktu.
Terkadang... Pilar-pilar jarak terlihat seperti gerimis yang berkepanjangan... Tak menggenang namun mampu menenggelamkan kita dalam kebosanan... Tetapi, aku tetap mencintaimu sekalipun dalam keadaan bosan.
Dan sekarang, hanyutlah kita disisa-sisa hujan itu...
Tersasar diperlintasan rindu, sejenak berteduh dipohon semesta, diselimuti angin tenggara...
Tanpa suara, saling bercerita lewat tatapan mata...
Sesaat pandangmu menggemang... Kukecup keningmu lewat bait asmarandana.
S_NH13-01-20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H