Lihat ke Halaman Asli

Pemikiran Ekonomi Islam dalam Mazhab "Mainstream "

Diperbarui: 27 Februari 2018   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

  • SEJARAH MAZHAB MAINSTREAM

Madzhab Mainstream berbeda pendapat dengan madzhab Bagir. Madzhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. 

Misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia berada pada titik equilibrium. Namun, jika kita berbicara pada tempat dan waktu tertentu, maka mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang sering terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh, misalnya, tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. 

Jadi, keterbatasan sumber daya memang ada, dan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai adalah QS. al-Baqarah (2) ayat 155: "Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar." Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah. 

Dengan merujuk kepada Firman Allah swt surat al-Takatsur (102) ayat 1-5 "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)."Dengan demikian, pandangan madzhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.

Bila demikian, di manakah letak perbedaan madzhab Mainstream ini dengan ekonomi konvensional? Perbedaannya terletak dalam cara menyelesaikan masalah tersebut. Dilema sumber daya yang terbatas versus keinginan yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan pilihan-pilihan atas keinginannya. Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga mengabaikannya. Hal demikian dalam bahasa al-Qur'an disebut: "pilihan dilakukan dengan mempertaruhkan hawa nafsunya".

  • PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DARI MAZHAB MAINSTREAM

Madzhab mainstrem inilah yang paling banyak memberikan warna dalam wacana ilmu ekonomi Islam sekarang di karenakan kebayakan tokohnya berasal dari Islamic Development Bank (IBD)yang memiliki fasilitas dana dan jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga internasional.

Madzhab mainstrem ini berbeda pendapat dengan Madzhab Baqir As-Sadr. Dimana madzhab mainstrem membahas tentang masalah ekonomi yang terletak pada kelangkaan sumber daya ekonomi dibandingkan dengan kebutuhan manusia. Menurut mazhab mainstrem, memang tidak terjadi kesenjangan antara jumlah sumber daya ekonomi dengan kebutuhan manusia yang artinya ada keseimbangan (ekuilibrium). 

Namun, secara relatif akan ada kesenjangan pada satu waktu dan pada tempat suatu tempat tertentu tetap akan dijumpai tentang persoalam kelangkaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi tetap dihadapi oleh manusia di dunia ini. Dimana hal ini juga selaras dengan firman Allah SWT yaitu "Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".

Sementara pada sisi yang lain keinginan manusia secara reatif juga tidak terbatas artinya kalau sudah terpenuhi satu keinginan maka akan timbul keinginan lainnya demikian juga seterusnya. Dengan demikian, hingga pada saat ini tidak ada perbedaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi islam. Perbedaan dari keduanya terletak pada mekanisme dalam menyelesaikan masalah ekonomi. 

Menurut padanga mazhab mainstrem dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut harus merajuk pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedangkan dalam pandangan kapitalisme klasik dalam menyelesaikan masalah ekonomi melalui bekerjanya mekanisme pasar dan sosialisme klasik melalui sistem perencanaan yang sentralistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline