Lihat ke Halaman Asli

Hudhud

Diperbarui: 16 Februari 2023   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah kurir surat nabi Sulaiman 'alahis salam tidak lain adalah seekor burung. Dia bernama Hudhud. Dalam Tafsir Kementerian Agama RI disebutkan, Hudhud merupakan jenis burung pelatuk pemakan serangga yang memilki paruh panjang. Kepalanya berjambul. Dia memiliki ekor panjang dan berbulu indah warna warni.

Burung Hudhud juga diberi keistimewaan oleh Allah SWT, mampu meredahkan amarah nabi Sulaiman pada waktu itu. Kisah tersebut bukan hanya dikisahkan dalam kitab-kitab dongeng biasa, tetapi dikisahkan dalam al Qur'an surat an-Naml (27: 20-31). Dalam tafsir al Misbah dijelaskan, setelah nabi Sulaiman bersama bala tentaranya dari golongan jin, manusia, dan burung mengadakan perjalanan. Kemudian di tengah-tengah perjalanannya, mereka singga di padang sahara. Lalu bala tentara Sulaiman AS berbaris rapi dan tertib (27: 17).

Tidak lama kemudian nabi Sulaiman memeriksa barisan bangsa burung, ternyata dalam barisan tersebut tidak ditemukan Hudhud. Lantas ia bertanya: "mengapa aku tidak melihat Hudhud", apakah dia termasuk burung yang hadir, tetapi aku tidak melihatnya. Atau "apakah dia termasuk yang tidak hadir?" memang diantara kalian ada yang saya izinkan untuk tidak hadir, tetapi Hudhud tidak saya izinkan, juga tidak minta izin. 

Setelah selang beberapa lama mencarinya dan tidak juga ditemukan, nabi Sulaiman as lantas bertitah: "Sungguh aku benar-benar menghukumnya dengan hukuman yang pedih." Dalam tafsir an Nur diterangkan, nabi Sulaiman AS akan memenjarakan, atau mencabut bulu-bulunya, atau menyembelihnya supaya menjadi pelajaran bagi yang lain. Apabila Hudhud tidak dapat mengemukakan alasan yang jalas untuk membenarkan perbuatannya.

Dalam tafsir al Qurtubi (Jilid 13: 447) Abdullah bin Salam menceritakan, alasan nabi Sulaiman mencari Hudhud. Pada saat itu, nabi Sulaiman beserta bala tentaranya singga di padang sahara yang tandus dan tidak ditemukan sumber air. Beliau berkeinginan untuk mengetahui seberapa dalam mata air yang ada di dalam perut bumi tersebut. Sementara burung Hudhud memliki kemampuan melihat kedalaman perut bumi dan luar bumi. Keistimewaan tersebut yang menyebabkan Hudhud masuk menjadi barisan pasukan nabi Sulaiman AS.

Tidak lama kemudian, burung Hudhud pun datang ke barisan bala tentara Sulaiman AS. Lantas nabi Sulaiman bertanya kepadanya. Hudhud pun mampu menjawab pertanyaan beliau. 

Dengan kata-kata menarik, Hudhud mampu meredahkan amarah nabi Sulaiman AS. Hudhud menceritakan alasan kepergiannya dengan memberi pengetahuan menyeluruh dan mendalam, melebihi pengetahuan nabi Suliaman tentang negeri Saba'. 

Hudhud mampu memberitakan kelebihan dan kekurangan negeri Saba', baik secara material maupun spiritual. Hudhud menyampaikan kalau negeri Saba' tersebut diperintah oleh seorang ratu, bernama Balqis, tetapi ratu dan kaumnya menyembah matahari.

Setelah mendengar kabar berita dari Hudhud, lalu nabi Sulaiman AS berkata seperti diceritakan dalam tafsir an Nur (Jilid 4: 3004): "kami memperhatikan dengan sebaik-baiknya atas berita yang kamu sampaikan, sehingga kami bisa mengetahui, apakah kamu jujur ataukah pendusta. Untuk membuktikan kebenaran berita tersebut, bawalah suratku ini kepada ratu Saba' (the Queen of Sheba), kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikan apa yang mereka bicarakan". Hudhud pun melaksanakan titah raja Sulaiman as tersebut. Dia terbang dari Palistina menuju Yaman, dengan membawa surat di paruhnya.

Dalam tafsir al Qurthubi diceritakan, sesampainya Hudhud di depan kerajaan Ratu Balqis yang tertutup dinding. Dia terbang ke atas ventilasi. Melalui ventilasi tersebut Hudhud menerobos masuk dan menjatuhkan surat ke dekat Balqis yang sedang berbaring tidur. Ventilasi dibuat oleh ratu menghadap ke arah terbit matahari. Agar pada saat matahari terbit, cahayanya dapat terlihat. Dengan demikian Ratu Balqis bersama para pengikutnya dapat menyembahnya.

Sewaktu sang ratu terbangun, dia mendapati surat yang tepat berada di sisinya. Seketika itu juga Balqis menjadi takut. Dia menyangka ada seseorang yang menyelinap ke dalam pembaringannya. Lalu Balqis bangkit dan melihat ke arah sekitar. Kemudian dia mengarahkan pandangan matanya menuju ventilasi dengan harapan memperoleh jawaban dari matahari.  Pada ventilasi, Balqis melihat seekor burung. Kini dia baru paham. Balqis semakin ketakutan karena dalam setempel surat tersebut terterah nama kerajaan Sulaiman AS. 

Akhirnya Balqis membaca surat dan menceritakan pada para pembesar kerajaan prihal dan isi surat yang mulia tersebut. Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil suatu pelajaran yang berharga. Betapapun nabi Sulaiman dikaruniai kekuasaan dan pengetahuan sedemikian besar nan luas, tidak berarti segala kekuasaan dan pengetahuan dapat beliau miliki. Masih banyak kekuasaan dan pengetahuan yang tersembunyi yang belum beliau ketahui. 

Bisa jadi kekuasaan dan pengetahuan tersebut dapat dikuasai dan dimiliki oleh siapa saja yang memiliki kedudukan lebih rendah. Hal tersebut juga dapat menjadi pelajaran berharga, agar kita tidak senggan untuk bertanya kepada siapa saja, meskipun kepada yang lebih rendah kedudukannya sekalipun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline