Lihat ke Halaman Asli

Irama Pemimpin Negeri Surga

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Irama yang nyaring dan merdu, berdendang hampir lima tahun sekali

Suaranya meliuk, mengalun bak irama musik surga

Nada iramanya seakan tak terlukiskan oleh panca indera, tak terrasakan oleh mata hati, dan tak terbayangkan oleh akal budi

Membius telinga-telinga kosong tanpa dosa

Di balik tembok yang kokoh dan bangunan yang menjulang

Jerit, rintih, tangis rakyat memekik.

Hingga hendak memecah gendang telinga

Tidak sedikit si miskin kehilangan akal sehat bahkan terkapar tak bernyawa

Tersebab menahan beban hidup yang semakin membumbung

Si kaya semakin menggila menumpuk kekayaan, lalu menari, berpesta dan berdansa

Para pengusa tidak lagi ingat dari mana tahta berhias emas didapat

O negeri surga, sungguh indah menyayat gambaran setiap jengkal tanahmu

Negeri subur makmur, "tongkat kayu dan batu jadi tanaman", lirik Koes Plus

Negeri nan elok mempesona, memukau setiap mata yang memandang

Kini anak-anak negeri belum dapat merasakan hasil bumi negerinya sendiri

Lalu ke mana, ke mana alunan musik para elit, pemimpin anak bangsa yang didendangkan lima tahun sekali itu? Ah, entah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline