[caption id="attachment_186882" align="aligncenter" width="238" caption="Selamat datang di Surabaya"][/caption] Trip yang kali ini saya lakukan pada tanggal 29-31 Januari 2010 saya berencana untuk pulang ke kota Pahlawan, Surabaya. Kangen dengan suasana Surabaya, kangen shopping, nge-mall, kangen soto ambengan, rujak cingur, lontong balap dan ke pasar kaget Bambu Runcing. Jumat 29 januari 2010, saya izin pulang lebih cepat dari kantor karena mengejar waktu untuk ke bandara soekarno Hatta. saya mendapatkan tiket Batavia Air untuk penerbangan Jakarta-Surabaya pada pukul 20.00 WIB. Sampai di bandara Soekarno-Hatta, saya langsung check in dan boarding pass karena waktunya sudah mepet banget yaitu pukul 19.40, karena terkena macet di tol arah bandara. Setelah lari maraton karena saya penumpang terakhir yang belum masuk ke pesawat, alhasil saya harus mengatur nafas baik-baik setelah sampai didalam pesawat. Perjalanan udara menuju surabaya membutuhkan waktu sekitar 1 jam 10 menit. [caption id="attachment_186886" align="aligncenter" width="300" caption="DAMRI Juanda"][/caption] Pukul 21.00 WIB saya sampai di bandara Juanda Surabaya. Saya langsung menuju shelter bus Damri menuju terminal Purabaya atau disebut terminal Bungurasih. Tepat dipintu keluar bandara, kita bisa menjumpai shelter bus Damri menuju terminal Bungurasih. Tarif Damri yang dikenakan sebesar Rp. 15.000. Sampai di terminal Purabaya, saya langsung menuju terminal bus kota arah Jembatan Merah. Untuk rute Bungurasih-Jembatan Merah saya dikenakan tarif sebesar Rp. 4.000. Jangan kaget jika anda akan disuguhkan pemandangan anak jalanan dan berbagai macam pedagang asongan yang hilir mudik menjajakan dagangan mereka. Inilah seni menggunakan kendaraan umum kelas ekonomi. Saya sangat menikmati suasana seperti karena saya sudah tidak asing dengan kondisi perekonomian seperti ini. [caption id="attachment_186888" align="aligncenter" width="300" caption="Terminal Bis Purabaya Surabaya"][/caption] Setelah sekitar 20 menit ngetem mengisi penumpang hingga penuh sesak tanpa celah, bus pun tancap gas menuju rute dengan tujuan akhir Jembatan Merah. Waktu tempuh menggunakan kendaraan umum bisa memakan waktu sekitar 1 jam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.45 dan saya masih juga belum sampai di tempat tujuan. Akhirnya pada pukul 22.10 saya pun sampai di pemberhentian terakhir yaitu Jembatan Merah. Jembatan Merah terletak di Surabaya bangian Utara. Dari Jembatan Merah saya harus naik becak menuju rumah didaerah Sambongan atau biasa disebut kampung Cina. Ongkos becak dari Jembatan Merah ke Sambongan sebesar Rp. 7000 karena hari sudah malam. Ternyata saya harus putar balik karena daerah Kembang epun atau biasa disebut Kya-Kya ditutup. [caption id="attachment_186889" align="aligncenter" width="300" caption="Kya-kya Kembang Jepun"][/caption] Kya-kya merupakan pasar malam rakyat Cina yang mayoritas pedagangnya adalah warga berketurunan Tionghoa yang tinggal didaerah sekitar kampung pecinan. Akhirnya sampai juga dirumah setelah muter-muter. Sesampainya dirumah, saya langsung mandi dan siap-siap mengisi perut yang kosong. Dirumah hanya ada 1 mbak penjaga rumah. Saya langsung menghubungi teman saya yang tinggal didaerah pasar Kembang. Sekitar 20 menit, Tina teman saya mengantarkan saya keliling cari makan didaerah Gubeng. [caption id="attachment_186890" align="aligncenter" width="300" caption="Gb. Ilustrasi Ayam penyet"][/caption] Sungguh suasana yang menyenangkan dan kangen saya pun terobati setelah saya disuguhkan seporsi ayam penyet lengkap dengan tempe dan tahu. Sambil sedikit berbincang, Tina meminta maaf karena tidak bisa menemani saya selama di Surabaya. Padahal kami sudah hampir 1 tahun tidak ketemu, dan saya juga hanya bisa menikmati waktu pulang kampung selama 2 hari saja. setelah selesai makan dan ngobrol beberapa waktu, Tina mengantarkan saya pulang dan sekalian menginap dirumah karena hari sudah sangat malam, pukul 22.30 malam lebih tepatnya. Sabtu 30 Januari 2010, pagi sekitar pukul 06.00 Tina pamit untuk pulang kerumahnya karena harus masuk kerja. Saya pun melanjutkan tidur hingga pukul 07.30 akhirnya saya mbangun dan langsung mandi. Pagi itu saya ingin menikmati kuliner pecel Semanggi khas Surabaya. [caption id="attachment_186895" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan Merah Plaza"][/caption] Setelah selesai mandi dan beres-beres, saya siap menuju daerah Jembatan Merah dengan menggunakan becak. 1. Berburu Pecel Semanggi khas Surabaya. [caption id="attachment_186894" align="aligncenter" width="297" caption="Pecel Semanggi Surabaya"][/caption] Pagi itu suasana cukup ramai didaerah Jembatan Merah, karena banyak pedagang pagi yang berjualan disekitar Jembatan Merah. Beberapa saat berputar-putar mencari pecel semanggi, ternyata ada warung kecil disekitar daerah Jembatan Merah yang menyediakan pecel semanggi, sayapun langsung masuk ke warung dan memesan seporsi pecel semanggi. Pecel semanggi adalah sayur semanggi air yang direbus dicampur dengan bumbu pecel khas Surabaya dan ditambah dengan kerupuk genjar semakin menyemarakkan menu sarapan pagi saya. Untuk seporsi pecel semanggi, 1 kerupuk genjar, 1 teh manis anget saya hanya merogoh kocek Rp. 8.000. 2. Wisata religi di sunan Ampel [caption id="attachment_187372" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu masuk Sunan Ampel Surabaya"][/caption] Kemudian perjalanan saya lanjutkan menuju daerah Makam Sunan Ampel untuk sekedar jalan-jalan di pusat belanja Sunan Ampel. disini anda bisa menemukan berbagai macam barang atau produk yang berbau Arab atau Timur Tengah. Mulai dari tasbih, kurma, kain sarung, baju koko, gelang, kacang arab dan masih banyak yang lainnya. [caption id="attachment_187375" align="aligncenter" width="300" caption="Pernak-pernik di Pasar Sunan Ampel"][/caption] Saya berjalan menyusuri lorong pasar Ampel dengan membeli kacang arab seharga Rp. 12.000 untuk menemani perjalanan saya pagi itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 siang, saya pun segera beralih ke tujuan selanjutnya. 3. Shopping di Pasar Atom Surabaya [caption id="attachment_187378" align="aligncenter" width="300" caption="Mall Pasar Atum"][/caption] Pasar Atom merupakan salah satu pasar yang didominasi oleh pedagang keturunan Tionghoa. Berbagai macam produk import dari Cina, Korea dan Hongkong sangat mudah anda temukan disini. Mulai dari baju, boneka, aksesoris, makanan, hingga tekstil. Saya langsung menuju toko tas dan baju langganan saya yang berada di lantai 2 Pasar Atom. [caption id="attachment_187382" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Atum"][/caption] Setelah beberapa lama memilih-milih tas yang dipajang ditoko tersebut, saya mengambil 1 tas berbahan leather import Hongkong dengan harga penawaran Rp. 450.000. Tak tanggung-tanggung saya langsung menawar dengan harga Rp. 200.000. Dan tawar-menawar sengitpun terjadi akhirnya si encik kasih harga langganan sebesar Rp. 225.000. [caption id="attachment_187384" align="aligncenter" width="300" caption="dalam Pasar Atum"][/caption] Kemudian kaki saya mulai melangkah ke langganan boneka yang biasa saya kunjungi selama di Surabaya. Si Encik pun langsung menyapa dengan logat tionghoa medhok nya, ' Wah, mau mborong sapi ndak nih, ini ada bantal sapi model baru. Barangnya baru dateng minggu ini' sambil menunjukkan sebuah bantal sapi yang dimaksud. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada sepasang cangkir bermotif sapi timbul yang memang sulit saya temui. Puas shopping di asar Atum, sayapun harus merelakan pulang kerumah dengan berjalan kaki menyusuri gang sempit tepat di belakang Pasar Atum, karena rumah saya tidah jauh dari Pasar Atum. Sampai dirumah sekitar pukul 16.30 dan sudah saatnya untuk mandi dan bersiap menunggu waktu adzan maghrib. 4. Mencicipi Bebek Goreng Cak Yudi [caption id="attachment_187387" align="aligncenter" width="300" caption="Bebek Goreng Cak Yudi"][/caption] Selesai sholat maghrib sekitar pukul 19.00 saya berencana ke daerah Perak untuk mencoba bebek goreng Cak Yudi. Malam itu susana di depot bebek gorengnya Cak Yudi cukup ramai pengunjung. Karena malam itu bertepatan dengan malam Minggu alaias malamnya anak muda berkuliner hahahahaha. Setelah sempat menunggu antrian selama 10 menit, saya mendapat kesempatan juga untuk bisa menikmati bebek goreng yang terkenal ini. Seporsi bebek goreng renyah lengkap dengan sambel pencit yang super pedas dan segelas es Jeruk asli bukan nutrisari heheheehhe siap menggoyang lidah saya. Hmmm,..nyummy,..woah,..woah,..puedaaaassssnya nendaaaang. 5. Menikmati Tahu telur Pak Jayen [caption id="attachment_187388" align="aligncenter" width="218" caption="Tahu Telur Pak Jayen"][/caption] Tahu Telur Pak Jayen yang bertempat di daerah Jl. Raya Dharmahusada Surabaya. Tempat ini merupakan tempat cuci mobil pada pagi harinya, sedangkan malam hari disulap menjadi tempat makan yang selalu ramai pengunjung dan pastinya menggoda selera makan anda. Hmm,..aroma bumbu tahu telurnya sudah tak kuasa saya tahan untuk menyantapnya. Tanpa berpikir panjang, saya menyantap tahu telur yang seger dan rasanya khas banget alias Surabaya banget. Pukul 21.00 saya harus kembali kerumah untuk beres-beres dan packing untuk kembali ke Jakarta di Minggu sore 31 Januari 2010. Sampai dirumah saya mempersiapkan beberpa perlengkapan dan barang yang akan dibawa ke Jakarta alias hasil belanja selama di Surabaya. Selesai packing, sayapun langsung beristirahat. 6. Minggu 31 anuari 2010 pukul 07.00 saya berencana ke Tugu Pahlawan. [caption id="attachment_187404" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu Pahlawan"][/caption] Tugu Pahlawan terletak tidak jauh dari rumah saya didaerah Pasar Atum. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di Tugu Pahlawan. Pagi itu bisa dibilang suasana cukup ramai, karena banyak pengunjung yang menyempatkan diri hanya sekedar foto atau bermain-main di Tugu Pahlawan. [caption id="attachment_187406" align="aligncenter" width="194" caption="Tugu Pahlawan"][/caption] saya masih sangat mengagumi Tugu Pahlawan dan merupakan tempat favorit saya di Surabaya. [caption id="attachment_187417" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu Pahlawan"][/caption] Saya selalu menyempatkan diri untuk berkunjung di sini setiap kali ada kesempatan di Surabaya. 7. Pasar Kaget Tugu Bambu Runcing [caption id="attachment_187390" align="aligncenter" width="200" caption="Tugu Bambu Runcing"][/caption] Tujuan selanjutnya yang tidak kalah seru adalah kawasan Bambu Runcing yang setiap Minggu selalu dimeriahkan dengan event Pasar Kaget Bambu Runcing. disini kita bisa menjumpai berbagai macam barang yang dijajakan secara lesehan dan apa adanya dan pastinya dengan harga yang fantastis alias murah banget. Tinggal pandai-pandainya kita menawar harga saja. Setelah saya diuji kejelian mata saya melirik kanan kiri saya tertarik dengan beberapa belt obi yang unik dan etnik. setelah berburu dari ujung ke ujung, akhirnya saya mendapatkan 2 buah belt obi etnik seharga @ Rp. 10.000, Bros unik ukuran sedang seharga Rp. 20.000, kaca mata seharga Rp. 12.000. karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 saya harus segera pulang untuk bersiap-siap menuju bandara. sekitar pukul 14.00 saya bersiap untuk menuju bandara Juanda karena penerbangan saya sekitar pukul 16.00. Waktu tempuh dari rumah saya ke bandara sekitar 1 jam lebih, karena rumah saya di Surabaya Utara sedangkan bandara di daerah Sidoarjo. Kali ini saya menggunakan jasa taksi, karena mempertimbangkan barang bawaan saya cukup banyak, hehehehehehehe. [caption id="attachment_187418" align="aligncenter" width="300" caption="Bandara Juanda"][/caption] Pukul 15.30 saya sampai di bandara Juanda. Sayapun langsung check in, kasih bagasi dan langsung boarding pass. Akhirnya, sayapun harus meninggalkan Surabaya tercinta menuju hiruk pikuk Jakarta. Selamat tinggal surabaya,...I always miss you... Visit to Surabaya Semoga bermanfaat Salam Backpackermania
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H