Lihat ke Halaman Asli

Cak_Sofay

Hanya Manusia

Moderasi Beragama di Masyarakat

Diperbarui: 24 Mei 2022   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat majemuk keberagamannya terdiri dari berdasarkan keberagaman suku, bangsa, bahasa, serta kepercayaan. sayangnya belakangan ini sering diterpa info mengenai radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan grup tertentu, ini semakin hari terus berkembang dan semakin berani secara terang-terangan menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan pengeboman pula semakin marak terjadi. selain info radikalisme, Indonesia pula terus diwarnai menggunakan memanasnya info politik, penyakit rakyat dampak modernisasi, hedonisme, dan lain sebagainya.

Di Indonesia yang dikenal karena suatu keberagamannya, seorang tidak dapat mengakui kebenaran atau keselamatan hanya dari satu agama saja, hal ini tentu akan sangat rawan menjadi penyebab permasalahan. Selain itu keberagaman yang eksklusif dan persaingan guna mencari bunyi atau dukungan antar umat beragama yang dilandasi oleh sikap toleransi. Hal ini sudah terbukti terjadi pada masa dimana terjadi persaingan antar kelompok ekstrim kiri (komunis) dan kelompok ekstrim kanan (islamisme). Namun sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman asal pertarungan tidak hanya karna persaingan antar grup tetapi pula globalisasi dan islamisme.

Dengan adanya globalisasi, segala hal menjadi lebih mudah buat dicapai termasuk pada hal keterangan serta ilmu. Seseorang dapat belajar darimana saja dan menggunakan siapa saja tanpa memerlukan hubungan eksklusif melalui donasi tekhnologi. Hal ini menciptakan pemikiran manusia lebih cepat berkembang karena literasi dapat dilakukan dengan mudah dan dimana saja. Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tersebut pada konteks agama muncullah kutub ekstrem yg diklaim grup liberal.

Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam mengatasi tidak selaras kehidupan masyarakat Indonesia terutama dalam konteks kepercayaan  merupakan dengan moderasi beragama. Dalam mengatasi masalah, moderasi beragama berusaha melakukan pendekatan kompromi menggunakan cara tetap berada ditengah antara banyak sekali perbedaan dan pertarungan tadi. Dengan moderasi suatu masalah akan diatasi menggunakan tetap menjunjung tinggi nilai toleransi, saling menghargai dan tetap saling meyakini kepercayaan  atau pegangan masing-masing madzhab, agama atau grup tanpa ingin lebih unggul satu sama lain. Selain itu moderasi beragama juga akan mengedepankan keterbukaan terhadap perbedaan dan asas persaudaraan  bukan hanya keagamaan dan kenegaraan. Sehingga dalam titik inilah keduanya akan bertemu dan mencapai titik tengah dimana moderasi itu berada.

Moderasi beragama bukan berarti tidak mempunyai pegangan kebenaran dengan mencampuradukkan kebenaran dan menyatu atau menghilangkan jati diri masing-masing grup. Tetapi lebih kepada keterbukaan bahwa diluaran sana terdapat pendapat, paham dan keyakinan yang tidak selaras dan mempunyai hak yang sama buat dihormati, dihargai dan diakui pada bingkai kebersamaan. Oleh karenanya kita wajib  permanen menjadi moderat buat menjaga dan menghargai hal tersebut, sehingga tidak akan tercipta pertarungan antar kelompok.

Moderasi adalah ilmu yg dapat diterapkan di banyak sekali bidang tidak hanya mencakup bidang serta permasalahan kepercayaan. Salah satu karakteristik dari moderasi beragama yang bisa diterapkan dimasa sekarang terutama pada menghadapi masa pandemi misalnya, kita harus bisa berperilaku tawazun. Dimasa pandemi seseorang akan menjadi lebih sensitif dan emosional sehingga akan rawan terjadi tekanan terhadap kesehatan mentalnya. Sedangkan disaat yang sama ia wajib  tetap cerdas dan bijaksana dalam berpikir dan bersikap. kebijaksanaan ini akan menuntun seseorang buat tetap bisa rasional dalam menanggapi suatu kondisi atau kebijakan. Dengan mengesampingkan rasionalitas akan menciptakan seseorang sebagai lebih emosional dalam merogoh keputusan sehingga akan membuat orang lain atau rakyat gundah, dan juga bisa munurunkan imun.
Apabila seorang menerapkan sikap tawazun dalam menjalani kehidupannya selama masa pandemi, ia tidak akan mudah menyerah menggunakan keadaan. Sebab salah  satu poin berdasarkan sifat tawazun merupakan mengakui kekuasaan ilahi yang sejalan menggunakan bisnis atau ikhtiar manusia. Sehingga seorang yang bersikap tawazun akan mengakui apabila virus corona ini memanglah takdir atau ujian yang diberikan oleh penciptanya. Dengan demikian  adanya pemahaman ini, seseorang akan permanen melakukan interaksi vertikal menggunakan sang pencipta, misalnya dengan cara  tafakkur atau muhasabah (intropeksi) baik secara perorangan maupun kelompok, dan juga berdoa, serta memohon kepada yang Maha Kuasa agar wabah ini segera dihilangkan. Tapi disaat yang sama dia juga harus menerapkan segala protokol kesehatan misalnya menggunakan masker, mencuci tangan dan vaksinasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk ikhtiarnya,agar pandemi ini bisa segera berakhir.
Kebijakan lockdown yang terlalu ketat tentu tidak akan baik bagi roda perekonomian karena sangat rawan buat lumpuh. Sedangkan permanen melakukan aktivitas ekonomi tanpa mengindahkan virus COVID-19 dan protokol kesehatan, juga bukan keputusan bijak karena sangat beresiko bagi kesehatan diri dan orang lain.  Oleh karena itu diambilah keputusan tengah (tawazun) buat mengatasinya agar kedua hal tersebut dapat permanen berjalan tanpa mengorbankan salah  satunya.
Pokok pemikiran tawazun ini tidak hanya bisa diterapkan dalam kasus ekonomi dan kesehatan saja seperti dalam contoh diatas. Prinsip ini juga dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan dalam rangka berinteraksi antar sesama manusia. Terutama pada Indonesia sebagai negara yang sangat beragam dan juga terbuka. 

Keterbukaan dan keberagamannya ketika yang sama dapat sebagai bumerang seorang tidak dapat bersikap tawazun atau seimbang. Ia akan gampang terbawa arus kebudayaan asing apabila seseorang tadi mencoba mendekatinya tanpa memiliki pegangan prinsip yang kuat. Sedangkan seseorang yang telah berpegangan pada prinsip tawazun ia hanya akan menerima hal-hal baik yang tiba bersamaan menggunakan modernisasi tanpa sepenuhnya terbawa arus.
Selain tawazun, ciri lain yang juga dapat menerangkan jika moderasi beragama bisa menghadapi berbagai pertarungan rakyat adalah Tahaddhur atau berkeadaban.

Tahaddhur sangat penting buat diterapkan terutama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. menerapkan tahaddhur seseorang bisa mengontrol dan menjaga akhlaknya. Seperti halnya kita dimasa kini misalnya seorang seakan sudah kehilangan kemanusiaanya dan melakukan aneka macam hal seenaknya, kenyataan hoaks dan suatu kebohongan menjadi keliru satu bukti, perkembangan tekhnologi bisa membawa dampak yang buruk. Kemampuan literasi masyarakat yang rendah dan kebiasaan untuk pribadi mempercayai suatu berita tanpa sebelumnya mencari fakta terkait, turut memperkeruh keadaan ini sehingga seringkali kenyataan ini dimanfaatkan sang oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoax atau ujaran kebencian terhadap orang lain. Seringkali hoaks juga dimanfaatkan buat menggiring opini publik tentang sesuatu yang justru lebih seringkali ke arah negatif. Selain hoaks dan fenomena kebohongan, seringkali kita lihat apabila rakyat seringkali memperdebatkan hal-hal tidak bermutu atau tentang sesuatu hal yang sebenarnya tidak mereka pahami secara penuh. Dalam hal ini, moderasi melalui tahaddhur mempunyai kiprah buat mengarahkan bagaimana seharusnya seseorang berhubungan dengan orang lain,bagaimana seharusnya akhlakul karimah diterapkan pada hubungan antar sesama manusia.

Namun menjadi moderat pula bukan alasan buat tidak mengikuti perkembangan zaman, karena moderasi sendiri telah menandakan eksistensinya dengan masih diterapkan hingga masa sekarang. Hal ini sebagai bukti apabila moderasi beragama adalah ilmu yang bergerak maju, seorang yang moderat wajib  pula mengikuti perkembangan zaman, karena tanpa mengikuti perkembangan zaman seorang akan tertinggal. Sehingga penerapan Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, inovatif) sangat diperlukan sebab buat mempersiapkan diri menghadapi pesaingan dunia terkini yang tidak hanya bersaing menggunakan manusia namun juga menggunakan teknologi. Sehingga moderasi melalui tathawwur wa ibtikar bisa membangun generasi yang unggul dalam menghadapi modernisasi, yaitu generasi yang bergerak maju, kreatif dan inovatif. Dengan terciptanya generasi dengan tiga kecerdasan tersebut tidak menutup kemungkinan Indonesia tidak akan lagi tertinggal  oleh negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline