Lihat ke Halaman Asli

Sofiatun Wakhidah

MAHASISWA UNISNU' 17

Belajar Keberagaman dan Kepedulian di Sekolah Inklusi

Diperbarui: 17 Juni 2020   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberagaman Mempererat Persatuan

Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan yang lainnya. Meskipun dikatakan manusia yang sempurna tetap saja memiliki keterbatasan. Menurut Prayitno (2009) dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia (HMM) yang memiliki keunggulan sbb : Manusia adalah makhluk yang paling indah dan sempurna dalam penciptaanya. Hal ini sejalan dengan QS. Attin ayat 4 yang memiliki arti “sesungguhnya kami telah ciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk/kejadian”. Mengenali diri sendiri dan bersyukur atas apa yang dimiliki adalah cara terbaik untuk bersyukur. Makhluk yang paling tinggi derajatnya adalah Manusia karena sudah dibekali dengan potensi emosi yang mempermudah dalam berinteraksi dengan makhluk lain di muka bumi, selain itu juga dibekali dengan empat kecerdasan Menurut Erbe Sentanu (2008) kecerdasan tersebut meliputi : kecerdasan fisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual.

     Manusia diciptakan secara beragam namun keberagaman tersebut dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan melalui upaya pendidikan. Pendidikan yang mengakomodir semua perbedaan siswa disebut dengan pendidikan inklusif. Frieda Mangungsong (2009) mengatakan istilah inklusif sebenarnya menggambarkan suatu filosofi pendidikan dan sosial, dimana ada kepercayaan bahwa semua orang (apapun perbedaan yang dimiliki) adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat. Anak reguler yang biasanya sekolah dengan anak normal disatuakan dengan anak berkebutuhan khusus dan diakui oleh pendidik, hal ini akan memugkinkan berkembangnya rasa sosial yang positif diantara mereka yang akan terus berkembang dalam kehidupan yang sebenarnya. Agar pendidikan inklusi dapat terlaksana dengan baik harus memperhatikan hal berikut :

Hindari pengunaan label tertentu khususnya yang berkonotasi negatif pada peserta didik, dikarenakan hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi rendah diri dan tidak percaya diri.

Hindari pendidikan yang terpisah dan hindari pemahaman bahwa orang yang memiliki keterbatasan merupakan kelompok minoritas.

     Realita di lapangan menyebutkan bahwa pendidikan inklusif belum dapat terealisasi sebagaimana mestinya. Maka dari itu perlu adanya perubahan yang dibutuhkan agar pendidikan inklusif dapat terlaksana dengan baik diantaranya : perubahan hati dan sikap, reorientasi yang berkaitan dengan assesmen, metode pengajaran dan manajemen kelas termasuk penyesuaian lingkungan, redefinisi peran guru dan realokasi SDM, layanan guru kunjung menurut kebutuhan, pembentukan dan peningkatan serta pengembangan kemitraan antara guru dan orangtua demi terjalinnya peningkatan serta pertukaran pengalaman dan nasihat, sistem pendidikan yang fleksibel termasuk didalamnya sistem ujian yang digunakan dan kurikulumnya.

Selain belajar keberagaman, di sekolah inklusi juga kita belajar kepedulian terhadap sesama yang tercermin dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara nyata di kelas. Di sekolah inklusi kepedulian dapat diterapkan oleh semua pihak. Guru dapat memberikan penguatan kepedulian dari hal kecil. Misalnya : peduli terhadap lingkungan sekitar, membersihkan lingkungan/mengambil sampah yang berserakan, menolong teman yang mengalami kesulitan, sistem pembelajaran yang digunakan juga menggunakan model kooperatif jadi siswa reguler dan ABK dapat bekerja sama dan saling membantu dalam sebuah kelompok. Siswa juga dibiasakan untuk bermain bersama dengan temannya sehingga rasa kepedulian akan tertanam dengan sendirinya dalam diri siswa. Di Sekolah Inklusi kita belajar keberagaman dan kepedulian karena disana diajarkan perbedaan itu menyatukan bukan memisahkan. 

Daftar Pustaka

Frieda Mangunsong. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, jilid ke satu. Jakarta: LPSP3 UI.

Prayitno. 2009. Pendidikan: Dasar Teori dan Prasis.Jilid I&II. Padang : UNP Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline