Lihat ke Halaman Asli

Covid-19 Semoga Berhenti Diangka 19, Ada Apa dengan Baliho Perempatan?

Diperbarui: 2 Mei 2020   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baliho sumber gambar berau terkini

Covid 19 memaksa kami bersama teman2 yg lain yg lagi menuntut ilmu di luar daerah , harus kembali ke tanah kelahiran , karena mamang sekolah dan kampus serta lembaga pendidikan lain  di closed, di ganti dengan sistem pembelajaran Dari Ramah.

ketika saya menulis ini , saya teringat berita  kemaren lusa  ,saat  orang nomer satu di Bumi Batiwakal ini mengumumkam Bahwa Hasil tes Swab dari surabaya bertambah sekian orang yang psitif sehungga jumlahnya  menjadi 19 ,  maka refleksitasku muncul dengan seketika ku tengadahkan tangan seraya ku memohon pada  sang kholiq  Ya  Alloh semoga  Engkau Hentikan Covid 19 ini cukup pada angka 19. Aku mohon ampun Padamu Ya Alloh.

Ternyata di balik angka covid -19 positif   yg cukup bikin terhenyak, rupanya ada juga  yang patut ku syukuri selama saya pulang di kampung halaman dan  belajar dari rumah , setidaknya secara langsung naluri dan sensitifitas logika dan rasionalitasku  terasah oleh adanya  sebuah  atraksi jungkir balik para penggiat  politik lokal apa itu simpatisan, pendukung anggota partai  bahkan partisan yang  bersembunyi di balik tabir bahasa  "netral "

sebagai calon pemilih pemula saya agak terkejut  melihat adanya  dua baliho besar yang tiba- tiba boming karena di teriakkan oleh  media online lokal  dengan judul yang cukup mengundang gairah untuk melihat  judul itu adalah "Perang Dingin di tengah pandemi" apalagi dibarengi oleh munculnya   tulisan artikel seorang kompasioner senior maka itulah barangkali yang menjadikan  baliho itu jadi viral di tingkat lokal dengan sebutan" baliho perempatan" padahal sesungguhnya  baliho  yang  terpasang itu saya rasa  tidak lepas dari intrik dan taktik serta setrategi yang tidak lepas dengan adanya  rencana  perhelatan akbar Pemilu Kada 2020 , olehkarenanya   Baliho perempatan itu  sesungguhnya sesuatu yang biasa aja namun setelah masuk di tangan para penggit politik jadi luar biasa sehingganya memunculkan diskusi hangat yang memmunculkan berbagai persepsi tergantung siapa yang mempersepsikan  padahal menurut hemat saya  yang membedakan adalah desainnya aja, yang  tentu  tergantung kelihaian para bacalon kandidat mendesain pesan yang akan di sampaikan. tentu pendapat saya bukan tidak beralasan sebab saya melihat bukan pada dua sososk baliho itu tapi saya melihat gerakan yang di lakukan oleh masing-masing bacalon kandidat di lapangan dan baliho- baliho yang muncul sebelum adanya baliho di maksud maka naif lah kalau saya hanya mencoba membandingkan dua baliho terupdate yang terpasang dengan sama sekali melupakan sesuatau yang sudah ada itu sebelumnya.

oleh karenanya saya  sebagai calon  pemilih pemula saya melihat dua baliho itu  dari sudat padang rasionalitas maka saya beranggapan bahwa hal tersebut  adalah media pesan yang di pilih  oleh para calon kandidat dalam menentukan  sebuah desain Branding  yang punya tujuan sama , menguatkan Tran mark yang bertujuan membawa pesan menaikkan keterkenalan, sehingganya bagiku apapun desaignnya yang di tampilkan pada kondisi   di tengah wabah, tidak bisa di lepas dari kesan dan aroma pilkada yang  sangat muskil tak   tercium semerbak  di keduanya, tentunya  kalau kita melihat hal ini  secara menyeluruh rekam jejak dan  sepak terjang selama ini yang di lakukan  para calon kandidit  di saat mana lagi melakukan "Manuver" untuk meraup simpati    di tengah- tengah  komunitas sosial ,apalagi momentnya cukup pas di saat bulan suci ramdhan semua telah berusaha berbagi , bedanya ada yang di publis langsung ada yang secara diam- diam . oleh karenanya semua telah berbuat baik, persoalan ada embel- embel itu semua kita serahkan pada yang berhak mencatat, karena semua amal akan tergantung pada niatnya

sebagi calon pemilih pemula saya berharap para senior politisi simpatisan partisan team relawan memberikan pendidikan politik yang rasional  benar jujur yang dengan harapan akan berefek positif pada masyarakat sehingganya akan menghasilkan calon pemilih yang cerdas rasional karena dari pemilih cerdas jujur dan rasionallah  akan muncul pemimpin yang baik . untuk menutup tulisan ini mari kita simak bersama sebuah kaidah usul fikih yaitu TASHARUFUL IMAM AL- ALRA'IYYAH MANUTTUN BI ALMASLAHAH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline