Lihat ke Halaman Asli

Semangat Si Tukang Becak; If You Cant Change It, Change The Way You Think!

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pasti sudah sering mendengar berita tentang pejabat, pengusaha, maupun tokoh-tokoh yang mencetak prestasi gemilang yang bisa memotivasi banyak orang. Beberapa waktu lalu saya menemukan bahwa untuk menjadi motivator bagi orang lain ternyata bisa dilakukan melalui hal sederhana. Istilah Jawanya, ora ngoyo. Pengalaman ini saya dapatkan ketika saya tengah menunggu bus jalur 9 di depan Hotel Tamansari--tempat saya biasa menunggu bus sehari-hari.

Waktu itu saya seorang diri, hari sudah agak gelap dan hujan turun deras sekali. Saya melihat daun-daun kering yang beterbangan tersapu angin. Saya mengutuki diri sendiri karena tadi pagi saya punya insting untuk membawa jaket, tapi tidak saya laksanakan dan beginilah jadinya. Menggigil. Saat itu ponsel saya lowbat, jadi benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan dengan benda satu itu. Anda bisa bayangkan, berada di luar sendirian saat hujan turun bersama angin kencang, sungguh bukan kondisi yang menyenangkan.

Saya merasakan kehidupan di sekitar berubah kelabu, seperti mendung tebal yang berarak di atas sana. Kemudian, ada satu pemandangan di depan saya yang menyita perhatian.

Seorang tukang sampah.

Bapak tukang sampah itu menarik gerobak kuningnya di sepanjang tepi jalan. Basah kuyup. Wajahnya muram dan seketika saya menarik kesimpulan bahwa orang ini pasti lapar dan kedinginan. Tak berhenti di situ. Ketika bapak itu sampai di bagian jalan yang penuh genangan air, sebuah Avanza biru muda berkecepatan cukup tinggi menyalip dari belakang dan membuat airnya bercipratan ke arah si bapak tukang sampah. Maaf, bukan hanya menciprat. Melainkan mengguyur.
Pemandangan yang menyedihkan.

Selang sebentar, seorang tukang becak lewat. Bertolak belakang dengan si bapak tukang sampah, bapak tukang becak ini mengayuh becaknya yang kosong seolah-olah di dalam becak itu duduk presiden Indonesia. Ya, bapak ini bersemangat sekali. Saya melihat bahwa bapak ini juga basah kuyup diguyur hujan, tapi semangatnya tidak padam. Sadar bahwa saya mengamati, bapak itu menyapa, "nunggu bus, dik?"

Saya mengangguk dan tersenyum, dan seketika saya merasakan suntikan semangat yang menjalari sekujur tubuh saya.

Terlebih lagi, ketika bapak tukang becak itu melewati si tukang sampah. Dengan riangnya dia menyapa. Saya agak lupa kalimatnya, tapi ada kata-kata semacam, "halo bos! udan-udan kerjo!"

Saya melihat kedua pria itu saling melempar tawa. Apa yang saya lihat berikutnya adalah hal yang juga saya rasakan tadi, yaitu bapak tukang sampah yang semula muram wajahnya menjadi lebih cerah. Semangat si tukang becak menular kepadanya!

Saat itu saya hanya berharap bisa melihat senyum yang terkembang di wajahnya lebih lama. Tapi kemudian bus datang.

Sepanjang perjalanan pulang, saya menjadikan momen singkat ini bahan kontemplasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline