Lihat ke Halaman Asli

SofialWidad

Latahzan innalloha ma'ana

Di Titik Rata-Rata

Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

SINOPSIS

Manusia boleh berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan.

Kadang-kadang aku terbangun di malam buta dan bertanya-tanya dalam kegelapan, sampai kapan kekosongan ini harus kutanggung.

Apakah selamanya?

Dan kalau memang begitu, selama apakah selamanya itu?

Hidup sekedar menunda kekalahan. Kucegah semua ketidakmungkinan dengan kemungkinan acak yang tak pernah kubayangkan sekalipun karena tangan sang Tuhan yang mengikuti segala alur cerita hidupku. Mengalir dalam kebingungan, menyanyi dalam kepedihan, dan berlari ke segala arah.

Semuanya tentang ingatan, ingatan yang selalu datang ketika tidak dikehendaki. Ingatan yang selalu menjadi rahasia Tuhan kenapa harus selalu datang meskipun hal tersebut telah selesai dan berlalu, ingatan yang tak bosan-bosan menjadi sebuah pembelajaran. Tak bisa kujawab setiap pertanyaan yang datang karena aku sendiri tak tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa pembenaran yang harus diberikan. Karena semuanya Tuhan yang miliki andil atas kehidupan.

Buku ini adalah rentang antara kita, jarak yang lama antara kita. Dimana roman buku ini banyak membahas tentang pengulangan sebuah ingatan yang telah terjadi, dan bahkan usaha untuk pergi dari sebuah ingatan yang tak ingin diingat lagi. Penulis berharap buku ini bisa dan layak mengisi waktu luang Anda dan ada hikmah serta pembelajaran yang bisa didapat dari isi pembahasan dalam buku ini.

AKU INGAT CINTA

Aku ingat Cinta, suara hati dan cita – cita, suka hati dan harumnya kasih. Rindu yang menjaga sebuah harapan, mimpi yang menghamilkan masa depan masih belum tau wajahnya seperti apa. menjadi nyata atau hanya sekedar buaian indahnya alam bawah sadar.

Apa kabar kekasih? Masihkah kamu gambarkan rumah dan hiruk – Pikuk yang didalamnya akan ada sorak – sorai gemerlap diri kita dan riang – ria suara anak –anak, atau suara lirihnya doa yang kita amini bersama? Masihkah hal –hal semacam itu kamu gambarkan ataukah sudah kau pupuskan dan kau lupakan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline