Lihat ke Halaman Asli

Sofian Sauri

Mahasiswa

Di Atas Arus Bawah

Diperbarui: 6 Juni 2020   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@renjanazine

Segala keterbatasan dan problematika dalam hidup yang sudah melekat dalam kehidupan kami, tidak sedikit pun menyurutkan gerak perjuangan untuk memvasilitasi setiap individu maupun kelompok menyuarakan pendapat, ide, pemikiran dan gagasannya. Sudah tidak pernah absen lagi dalam hidup kami jika sering mengencangkan ikat pinggangang , sebab orang tua kami hanya memberi uang untuk membayar spp kuliah, kost dan makan disetiap bulannya, kebutuhan diluar itu aku harus mencarinya sendiri dengan mencari pekerjaan yang part time supaya tidak mengganggu jam perkuliahan karena kami berasal dari keluarga yang pas pasan, profesi orang tua kami hanya sebagai buruh pabrik dimana gaji dan keringat tidak pernah sebanding.

"Demi Tuhan yang ku imani dan semesta yang membisu malam ini Daf, zik"

"Ada apa Damar?", Tanya Dafa sambil melongok kearah pintu .

"kemari keluar lah kalian dari kamar, kita habiskan malam ini di bangku depan kost banyak hal yang harus kita diskusikan ", Terang Damar.

"Baiklah sahabatku, Dafa segera kesitu aku buat kopi sebentar", Sahut Zika dari dalam kamar sambil bergegas membuat tiga cangkir kopi untuk teman diskusi malam itu.

"kita itu mahasiswa berbagai ilmu sudah kita telan, kalu kita hanya berdiam diri menunggu selembar nilai dimana letak tanggung jawab kita sebagai kaum intelektual? Coba kalian pikirkan itu sahabatku".

"Aku sependapat denganmu Mar", Jawab Dafa.
"Aku juga, tetapi apa yang akan kita lakukan Mar? ", Imbuh Zika.

"Kalian sadar tidak? selama ini kita dan sahabat-sahabat yang lain kesulitan untuk meyuarakan pemikirannya melalui tulisan, aturan yang kaku dalam birokrasi kampus dan hegemoni doktrin-doktrin fana organisasi mahasiswa sebelah,dan media kapitalis, itulah tembok yang harus kita gempur"

"Kalau demikian berarti kita butuh media", Kata Dafa.

"Betul kita butuh media, jika dipermukaan kekuatan kita masih belum memadai, kita gencarkan di arus bawah tanah, dimana tidak ada lagi aturan baku dan batasan, sebab semua itu hanya akan  menghambat kreatifitas"

HARI senin 24 November 2019, tekad untuk membuat sebuah media sudah bulat, hari itu juga kami ber tiga merumuskan segala sesuatu baik strategi maupun manajemen redaksi, setelah nama "Renjana" yang memiliki makna filosofis (Rasa hati yang kuat) harapannya supaya siapapun yang mendengarkan kalimat tersebut akan tersentuh jiwanya, dan jiwa jiwa itu tak lain para sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, nama itu kami sepakati bersama langkah  selanjutnya adalah meminta restu dan arahan dari beberapa alumni, sebab ini salah satu ciri khas budaya dari pergerakan, dengan berdialektika maka akan tercipta suatu buah manis dari pemikiran, pahit getir dalam pergerakan sudah mereka sebat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline