Teman lama saya, saudara Agung Setiawan yang alumnus IPB ini yakin betul akan hikmah pertemuan dengan seseorang itu membawa kebahagiaan dan pembelajaran. “Tidak ada yang bawa kemarahan dan kesedihan”, katanya. Keyakinan ini ia tulis dalam akun facebooknya. Saya pun yakin, bahwa ia tidak hanya sekadar merasa yakin basa basi yang diungkapkan dalam tulisannya. Ia selalu ungkapkan dalam realitas pertemuan dengan siapa pun: senyum dan sopan santun selalu menghiasi sikap kesehariannya. Begitulah kira-kira kesan saya sejak pertama kali bertemu dan bekerjasama bertahun-tahun di Perusahaan konsultan bidang Manajemen dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, tempat mas Agung bekerja tempo dulu. Tidaklah mengherankan, ia banyak mempunyai teman dan disukai banyak orang , baik dalam pergaulan informal maupun dalam hubungan jejaring pekerjaannya.
Sikap dan pendirian mas Agung demikian jika diterima dan diamalkan oleh banyak orang dalam berbagai bidang relasi sosial apa pun, dimana pun dengan siapa pun dan kapan pun: hubungan mungkinkah antar manusia akan menghasilkan kesejukan , kedamaian, keadilan dan keseserasian ? Bukan hanya sekadar hasil. Justru Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia sangat menekankan proses dalam aneka ragam karakteristik: agar manusia bisa mengambil hikmah untuk bisa saling mengenal, berbagi dan mengingatkan sebagai pembelajaran untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.. Hidup manusia sejatinya diciptakan dan dikembangkan dalam dinamika yang begitu dahsyat, baik secara personal maupun komunal.
Kedahsyatan relasi dan interaksi sosial manusia sering dimasifestasikan dalam bentuk yang beraneka ragam. Dalam berbagai kondisi dan situasi, kadang kala manusia saling mendukung dan tidak jarang pula saling menjatuhkan untuk kepentingan sebagai tuntutan kebutuhan pribadi atau kelompok, bahkan suku, bangsa dan negaranya.
Setiap orang dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kecerdasan dalam setiap relasi dan interaksi sosial yang dialaminya: Kadang kita berlawanan pikiran, perasaan, sikap dan tindakan serta perilaku. Tidak jarang kita pun terpaksa harus menyesuaikan diri ( auto plastis ) dan atau mengajak orang lain dan lingkungan sosialnya untuk menyesuaikan diri ( allo plastis) dengan lingkungan di mana kita berada. Sering pula kita harus berpartisipasi dan atau ambil bagian dalam berbagai kondisi dan siatuasi sosial. Bahkan kita juga secara sadar atau tidak , sering memanfaatkan banyak potensi orang-orang yang kita temui untuk pembelajaran satu sama lain. Itulah bentuk kemahakuasaan dan kemahakasihsayangan Tuhan kepada ummat manusia: untuk saling mengenal agar sesama manusia memperoleh nikmat kebahagiaan dari hasil pembelajaran antar sesamanya.
Misteri interaksi manusia
Interaksi manusia sarat akan hikmah pembelajaran. Kadang manusia lupa atau lengah akan hikmah yang harus diambilnya, bahkan manusia sering hanyut dalam arus kesenangan atau meratapi kesedihan berkepanjangan sendiri. Antara bermegah-megah, bersukacita, bergembira di satu sisi dan kesusahan, pederitaan atau kesengsaraan di sisi lain. Perkembangan psikofisik, mental dan spritual manusia berlangsung dalam arus deras pertemuan antar manusia: di rumah, di sekolah, di pekerjaan dan di berbagai tingkat atau jenis pergaulan. Kedigdayaan teknologi komunikasi informasi super canggih telah melahirkan hiruk pikuk lalu lintas pikiran, emosi dan perilaku manusia, bukan hanya semata berbasis keabsahan data dan fakta, tapi juga berbagai persepsi dan opini subyektif masing-masing. Dewasa ini kuantitas pertemuan antar manusia sangat melesat jauh berbeda dari pola hubungan dan pertemuan manusia zaman dulu. Berbagai pertemuan manusia secara daring sangat mendominasi bahkan sering mengalahkan pertemuan secara luring: kadang mendekatkan sekaligus menjauhkan, sering mengeratkan dan tidak jarang pula merenggangkan dan bahkan banyak memutuskan, mencerabut rungkad akar sekaligus pohon silaturahmi persaudaraan dan kekerabatan yang sudah terpelihara dan terbina inten sejak lama.
Keeratan, kemesraan dan keharmonisan pertemuan antar manusia pun bisa berperan sebagai obat dan atau sekaligus racun bagi perkembangan dirinya atau orang lain. Kesesuaian dan ketepatan dosis relasi dan interaksi manusia bukan jaminan serta satu-satunya faktor penentu kesehatan, keharmonisan dan kesejahteraan dalam keberagaman karakteristik ummat manusia. Misteri hakekat interaksi manusia sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Begitu pula tentang nasib dan takdir manusia berada dalam genggaman sekaligus hak prerogatif Tuhan pencipta manusia dan seluruh makhluk beserta lingkungannya. Manusia hanya diwajibkan berusaha sesuai kemampuan untuk mengikuti perintahNya dan bersyukur serta berdo'a sepenuh hati hanya kepada Tuhan untuk mengharapkan keridaan, ampunan, bantuan. Semoga pertemuan demi pertemuan antar manusia menjadi semakin bermakna dan bermaslahat untuk keberlangsungan, kesejahteraan serta kebahagiaan hidup sesama ummat manusia. Wallahu a’lam bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H