Lihat ke Halaman Asli

Sofiana Boroni

Saya adalah seirang guru SMP di sebuah Desa kecil di Kabupaten MITRA

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 "Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran""

Diperbarui: 26 April 2022   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang sejak tahun 1992 di kenal dengan dengan Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia. Kemudian kelahiran beliau diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau mencetus asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Bagian dari semboyan beliau yaitu Tut wuri handayani dijadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasioanal Indonesia. Ketiga semboyan ciptaan beliau seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi.        Di era globalisasi dan perkembangan teknologi digital sekarang ini peran guru sebagai pemimpin pembelajaran betul-betul di tuntut agar mampu mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia . Guru tidak lagi berperan sebagai orang yang lebih tahu dari siswa sebagaimana tempo dulu, tapi guru diharuskan mampu menjalin kolaborasi dengan siswa  dalam proses pembelajaran karena kehadiran teknologi digital sekarang ini semua informasi dapat diakses oleh siapa saja tanpa ada batas melalui jaringan internet.

    Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ki Hajar Dewantara dengan Filosofi Patrap Triloka", Klik untuk baca:
    https://www.kompasiana.com/subki52125/6198574cc26b772f0a35c732/ki-hajar-dewantara-dengan-filosofi-patrap-triloka

    Kreator: Subki

    Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

    Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 
    • Nilai - nilai yang tertanam di dalam diri kita otomatis berpengaruhu kepada prinsip - prinsip yang kita pakai dalam mengambil sebuah keputusan. Karena berdasarkan nilai - nilai itulah yang nantinya akan menjadi sebuah patokan/landasan mengapa sampai kita memilih memutuskan sesuatu hal/kasus berdasarkan nilai - nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam diri kita sejak kita dilahirkan sampai sekarang ini.
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
    •  Menurut saya, sejauh ini memang proses pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang diberikan oleh pendamping ataupun fasilitator jauh lebih efektif ketimbang harus berpikir sendiri atau berpikir dalam kelompok kecil misalnya diskusi/sharing bersama 2 atau 3 rekan sejawat baik sesama CGP ataupun guru lain.  
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
    • Ketika seorang guru sudah mampu mengelola bahkan menyadari aspek sosial emosionalnya maka akan lebih mudah lagi bagi guru tersebut dalam mengambil sebuah keputusan yang berlandaskan NILAI - NILAI kebajikan Universal, berpihak pada murid dan bertanggung jawab tentunya.  
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
    • Ya, karena berbicara masalah moral atau etika menurut masing - masing itu relatif. Misalnya saja, saya. Saya tidak malu ketika ada hal - hal tertentu yang di bahas di media sosial yang menyangkut pribadi saya, sedangkan menurut misalnya kakak saya, itu adalah yang memalukan bagi keluarga besar kami misalnya. Jadi tergantung kembali kepada individu masing - masing berdasarkan nilai - nilai yang dianutnya.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
    • Jelas. Karena ketika pengambilan keputusan hanya didasarkan pada suatu paham/pihak tertentu dan tanpa ada pertimbangan dari hal - hal lain misalnya hak orang banyak, dll tentunya akan meresahkan lingkungan dimana kasus itu terjadi. Situasi yang tidak aman dan nyaman rasanya jauh dari harapan.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
    • Kesulitan - kesulitan yang berarti, tidak ada. Yang ada hanyalah perubahan paradigma dari yang lama menuju ke arah perubahan sesudah menerima ilmu dari Pendidikan Guru Penggerak ini.
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
    • Sangat - sangatlah berpengaruh karena ketika kita mampu mengambil sebuah keputusan yang berdasarkan 3 prinsip, 4 paradigma dan 9 tahapan pengujian pengambilan keputusan, tentunya akan memerdekakan murid - murid kita dalam proses pembelajaran nanti.
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
    • Ketika seorang guru dalam hal ini pemimpin pembelajaran mampu mengambil keputusan dengan tepat, secara tidak langsung nantinya berdampak pada masa depan murid - muridnya. Mereka akan belajar dari guru mereka, karena sudah menjadi suri teladan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab  bahkan ketika mereka kembali ke kelompok masyarakat yang luas, mereka mampu menjadi sosok pelajar yang menjunjung tinggi nilai - nilai etika dan budi pekerti.
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
    • Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul ini dan keterkaitannya dengan modul - modul sebelumnya, yaitu untuk dapat mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, tentunya yang pertama di dalam diri sudah harus terpatri dengan baik filosofi KHD mengenai pendidikan itu sendiri, memiliki Nilai dan Peran sebagai seorang CGP sehingga kemudian mampu menyusun Visi & misi seorang CGP dan menciptakan Budaya Positif bagi lingkungan sekolah di mana saya mengabdi, mampu memenuhi kebutuhan belajar murid melalui menyusun RPP berdiferensiasi dan memuat Pembelajaran Sosial Emosional di dalamnya, mempraktekkan COACHING model TIRTA (khususnya), dan akhirnya  mampu Mengambil Keputusan sebagai seorang Pemimpin Pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline