Topik kesehatan jiwa kerap dibahas untuk meminimalisir quarter life crisis atau stress musiman dalam setiap diri seseorang. Pengaruh teknologi yang tidak terbendung arahnya pun menjadi pemicu seseorang mengalami insecurity. Jika hal ini terjadi, kemurungan akan menghampiri jiwa seseorang. Parahnya lagi jika tidak tertangani akan menimbulkan depresi.
Lalu apa korelasi murung dan depresi? Ini akan berkaitan dengan panic disorder yang bisa menghambat aktivitas diri seseorang. Kemudian, butuh effort untuk membangkitkan kembali sel-sel dopamin guna menjaga kewarasan.
Data ini dihimpun melalui buku bergenre self improvement "Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa" karya Kim Haenam dan Park Jongseok. Kemudian, melalui Kompas Editor's Talk: Memaknai Kesehatan Mental, Memberdayakan Kehidupan di Era Digital pada Jumat, 11 Agustus 2023.
Buku "Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa" ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2021 lalu. Penulis kondang asal Korea Selatan ini mengklaim melalui karyanya, pembaca dapat mengetahui "Hal-hal yang perlu diketahui di masa muda" semakin menarik perhatian pada sampul belakang "Saat aku dewasa, kupikir aku tidak akan sakit. Saat aku dewasa, kupikir aku akan menjadi lebih kuat. Saat aku dewasa, kupikir akan tidak akan terluka."
Haenam dan Jongsoek sengaja menorehkan permasalahan yang ada di muka bumi ini ke dalam bukunya dengan tujuan agar dapat bersama-sama dapat menemukan dari pertanyaan, "Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Pertanyaan itu akan semakin menjadi-jadi saat seseorang mengalami quarter life criris dalam hidupnya. Hal-hal kecil yang terjadi terasa berat untuk dijalani yang mana akan memengaruhi mood seseorang yang berefek pada kemurungan yang tidak bisa dihindari dalam diri atau hidup.
Kemurungan ini bisa terjadi saat seseorang mengalami pekerjaan tidak sesuai yang diharapkan, terluka karena seseorang, rumah tangga tidak sesuai yang diharapkan, dan lainnya. Jika kemurungan ini berlangsung lama maka harus hati-hati sebab bisa kehilangan hasrat untuk melakukan apa pun dan berujung depresi.
WHO pun menetapkan depresi urutan keempat dari sepuluh penyakit menakutkan di dunia. Oleh karenanya, penulis menyebut betapapun kuatnya orang itum betapa kaya dan menakjubkan, tetapi orang itu bisa depresi. Orang itu bisa jadi saya.
"Depresi bukanlah lubang tetapi terowongan. Diakhir terowongan itu, sinar terang menunggu. Oleh karenanya, betapapun menderita dan terganggunya anda, jika anda tidak kehilangan semangat, suatu saat hari itu pasti akan datang. Hari dimana anda merasakaan perasaan secara jelas, berpikir, dan berperilaku sesuai pikiran anda, berdiri dengan dua kaki, dan merasakan kaki anda menyentuh lantai, dan melanjutkan perjalanan anda yang tertunda," tuturnya.