Sabtu pagi pekan pertama, jadwal berkunjung ke pondok anak. Seperti biasa, setelah berjibaku mempersiapkan segala sesuatunya, kami berangkat.
Beberapa saat di perjalanan, bertanya ke suami, mengisi bensin belum. Katanya masih cukup, nanti menjelang sampai mampir pom.
Asyik ngobrol sepanjang jalan, tak terasa sudah sampai pondok dan mengajak si genduk keluar untuk jalan-jalan. Sebulan sekali memang ada jadwal penjengukan dan diperbolehkan untuk keluar.
Saat mencari keperluan anak, melewati pom bensin, tapi lupa tidak mampir. Suami bilang masih cukup.
Hampir seharian kami jalan-jalan, mampir ke tempat wisata dan tentu saja mencari jajanan yang akan dibawa masuk si genduk.
Akhirnya tiba waktunya harus balik pondok. Mobil bunyi 'thing', alarm bensin mau habis. Mau mampir pom bensin, kok tutup. Ternyata oh ternyata, BBM baru saja naik. Kami putuskan mengantar anak kembali ke pondok dulu, berharap nanti pom bensin sudah buka. Memang sudah buka sih, tetapi belum melayani.
Ketika membuka maps, ternyata pom bensin lain juga tutup. Duh ... akhirnya mencoba mencari penjual bensin eceran. Cukup was-was, khawatir tutup juga. Beberapa saat ada penjual bensin eceran, tinggal 8 liter, dan harga perliternya wow, 16.000.
Dalam perjalanan balik, pom bensin yang tadi kami lewati rupanya sudah melayani lagi, jadi membeli bensin lagi. Leganya ....
Di perjalanan pulang, sedikit ngomelin susmi, wong rumah dekat pom bensin, kalau mau bepergian beli sekalian, biar nggak tegang begini.
Qadarullaah wa maa syaa a fa'ala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H