"Kemarin malam aku tiba-tiba terbangun karena bermimpi buruk. Entah apa mimpiku itu, aku sendiri sudah lupa. Kemudian aku keluar kamar untuk mengambil air minum. Ketika melewati pintu kamar tidur orang tuaku, kudengar mereka sedang bertengkar hebat.
Ternyata Papa mempunyai perempuan simpanan yang sekarang sedang hamil. Papa bermaksud untuk menceraikan Mama agar bisa menikahi perempuan selingkuhannya itu. Mama tidak terima dan dengan marah berkata bahwa tidak mungkin perempuan itu mengandung anak Papa karena...karena...Papa mandul...."
Martha menangis terisak-isak hingga tubuhnya bergetar hebat. Aku berusaha menenangkannya. Kupeluk tubuhnya dan kubelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Gadis berambut pendek yang dicat warna burgundy ini sudah kuanggap bagaikan adik kandungku sendiri. Sungguh, hatiku pun terasa sakit sekali mendengar berita buruk ini.
Setelah merasa agak tenang, Martha melanjutkan ceritanya,"Papa terkejut sekali dan Mama berteriak-teriak bahwa aku...aku bukan anak kandung Papa!"seru adik sepupuku itu kembali histeris. "Rupanya setelah tiga tahun pernikahan tak kunjung dikaruniai anak, mereka lalu berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Setelah menjalani berbagai pemeriksaan ternyata diketahui bahwa rahim Mama subur dan Papa-lah yang tidak bisa mempunyai keturunan. Mama sengaja menyembunyikan hal itu dan ia lalu tidur dengan laki-laki lain. Setelah dua kali melakukan hubungan intim, Mama lalu hamil dan lahirlah aku..."
Jantungku berdegup kencang sekali. Benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu satu malam, rumah tangga yang kelihatan begitu sempurna dari luar itu porak-poranda. Ya Tuhan, bagaimana perasaan Eyang jika mengetahui putri kesayangannya melakukan hal yang tercela seperti itu!
"Papa sangat marah. Dimaki-makinya Mama dengan kata-kata yang sangat kasar, yang belum pernah kudengar keluar dari mulutnya selama ini. Dia memaksa Mama untuk menyebutkan siapa lelaki yang telah mencemarinya itu. Semula Mama tidak mau memberitahunya. Dia hanya tertawa-tawa senang dan mengolok-olok Papa karena begitu mudahnya ditipu oleh dua orang wanita sekaligus dalam hidupnya, yaitu istrinya sendiri dan perempuan simpanannya.
Papa menjadi murka. Kudengar...kudengar dia memukuli Mama sampai berteriak-teriak kesakitan. Aku...aku hanya termangu mendengarnya. Aku tidak bergerak masuk untuk menolong Mama. Aku merasa sangat kecewa dengan perbuatannya. Betapa tega dia menghancurkanku seperti ini!" teriak Martha histeris.
Ia merasa sangat terpukul."Karena merasa kesakitan dipukuli Papa, akhirnya Mama menyebutkan siapa laki-laki yang telah menghamilinya itu. Mendengar nama orang itu membuatku semakin gila rasanya."
Aku kembali memeluk Martha, akan tetapi kali ini dia mendorongku menjauh. "Martha, kenapa kamu?"
"Kak Maria tidak akan sudi menyentuhku lagi jika mengetahui siapa sebenarnya ayah kandungku!"