Pernahkah kamu bertemu dengan orang yang sangat mempertahankan argumennya hingga ia ngotot mencari dan menunjukan bukti? Contohnya seseorang yang mempercayai teori bumi datar, ketika beradu argumen dengan orang lain ia terus mempertahankan apa yang ia percayai.
A: "Intinya bumi itu datar! Kamu lihat pake matamu!, apakah lapangan itu melengkung?"
B: "Lapangan itu memang datar, bumi ini besar dan pandangan kita terbatas, jadi jangan bandingkan lapangan yang kecil dengan bumi secara keseluruhan. Coba deh kamu lihat globe, bentuknya bulat kan?"
A: "Itu Cuma akal-akalan ilmuan, globe buatan manusia, dalam al-Qur'an sudah dijelaskan. Kamu lebih percaya Ilmuwan atau al-Qur'an?"
Mungkin contoh di atas agak sensitif, tapi saya yakin kita sering menemukan orang-orang yang seperti ini. Mereka melakukan segala cara untuk membenarkan apa yang mereka percaya, bahkan sampai bawa-bawa agama.
Si A dengan sangat percaya diri mempertahankan apa yang ia percayai. Untuk mengonfirmasi kebenarannya ia kemudian membawa-bawa al-Qur'an, sedangkan keilmuannya dalam al-Qur'an (maaf) masih dalam taraf baca tulis. Saya bukan ahli agama, tapi yang saya ketahui--untuk memahami makna sesungguhnya dalam ayat al-Qur'an, seseorang harus mempelajari tafsirnya, bukan sekedar membaca terjemahan bahasa indonesia.
Selain contoh di atas, ada contoh aneh yang pernah beredar di masyarakat.
"Gempa bumi yang terjadi di wilayah X disebabkan oleh azab LGBT"
Lagi-lagi ada yang membawa-bawa kitab suci untuk mengonfirmasi hal yang mereka yakini. Jujur saja, saya yakin sebagian besar dari mereka (maaf) masih awam dalam ilmu agama. Dan lucunya, mereka seolah-olah menjadi tangan kanan Tuhan yang mengetahui segala macam hal yang terjadi. Atau jangan-jangan jobdesk malaikat Jibril sudah diambil alih?
Mengapa kita sangat ingin membuktikan dugaan kita sendiri, meskipun dugaan tersebut salah?
Kecenderungan manusia dalam mebuktikan dugaannya dinanamakan konfirmasi bias, salah satu jenis dari bias kognitif. Orang dengan bias konfirmasi akan berusaha mencocoklogikan dugaannya dengan informasi atau fakta yang ada. Sayangnya mereka hanya akan mencari informasi yang membenarkan dugaan mereka, jika mereka temukan informasi yang bertolak belakang, mereka akan menutup informasi tersebut dan tetap teguh dengaan dugaan mereka. Mereka akan merasa benar walaupun mereka sendiri sudah mengetahui bahwa dugaan mereka salah. Dugaan mereka ini tidak sekedar hipotesis biasa melainkan sangat mereka percayai.
Kembali ke contoh bumi datar, si-A sudah puas dengan dalil dalam al-Qur'an yang ia temukan, karena sudah mendukung apa yang ia percayai. A tidak lagi mencari tahu tafsir dalam ayat tersebut. Jika si-A mencari tahu tafsirnya--dan jika tafsir dari ayat tersebut bertolak belakang dengan kepercayaannya, maka ia akan mengabaikan tafsir tersebut. Ia akan mengabaikan fakta yang bertolak belakang, bahkan sudah dijelaskan oleh si-B berdasarkan beberapa fakta yang ada, si-A tetap teguh dengan yang ia percayai.