Lihat ke Halaman Asli

Sofia Amalia

Mahasiswa

"Anchoring Bias" dalam Baju Lebaran, Hati-hati dengan Harga yang Anda Lihat

Diperbarui: 11 Mei 2021   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Seva.id

Sebentar lagi lebaran. Beli baju lebaran ahh...

Hmm, Coba cek Toko  A aja kali ya, biasanya banyak barang kekinian

New Arrival! Raya Dress Rp.300.000

Wahh, bagus banget bajunya, lucuuuu

Eumm, coba cek toko B dulu dehh

New Arrival Best Seller! Raya dress Rp.250.000

Gilaa!, murah bangetttt, bakalan nyesel kalau ga beli

(Setelah  membeli dan keluar dari Toko B)

Toko C:  New Arrival Best Seller! Raya dress Rp.200.000

Ahhh, ternyata ada yang lebih murah, hmmm, coba tadi masuk ke toko ini.


Toko A sudah menjadi Jangkar (Anchor) dan buruknya kamu sudah tersangkut oleh jangkar tersebut.

Pernahkan kamu mengalami hal yang semacam ini? Atau ini terjadi pada kamu ketika membeli baju lebaran untuk Hari Raya nanti? Kalau yang udah terlanjur beli, ada sedikit rasa menyesal bukan? Baju incaranmu dengan model yang sama, ternyata ada yang dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Buat kamu yang belum beli, mungkin artikel ini bisa menjadi sebuah tips.

Harga yang berbeda-dokpri

Ketika kamu masuk ke Toko A, kamu terpikat dengan sebuah dress, harganya Rp.300.000. Mungkin harga itu terlalu mahal untukmu. Namun tanpa kamu sadari, harga dress incaranmu di toko A sudah menjadi Jangkar (Anchor) dan buruknya kamu sudah tersangkut oleh jangkar tersebut.

Kamu masuk ke Toko B, dress dengan model yang sama dijual dengan harga Rp.250.000. Efek jangkar dari harga di Toko A, membuat kamu merasa Rp.250.000 sudah sangatlah murah. Dan kamu buru-buru membeli dress incaranmu.

Pada akhirnya kamu menyesal, karena di toko sebelah, dress incaranmu dijual dengan harga yang lebih murah. Atau kamu akan tetap merasa Rp.250.000 adalah harga yang murah, jika kamu tidak melihat harga di Toko C.

Efek Jangkar juga terjadi ketika kamu melakukan proses tawar menawar

Sedikit cerita. Ketika saya kecil, di momen mendekati hari raya, saya pasti diajak Ibu untuk membeli baju baru. Bukan mak-emak namanya kalau gak nawar. Namun Ibu saya terlalu sadis. Misalnya baju yang hargannya Rp.100.000, tawaran pertama langsung setengah harga, Rp.50.000 ya? Jujur saya geleng-geleng dengan jurus tawar menawar Ibu saya. Semakin dewasa, tradisi beli baju baru sudah mulai memudar. Namun, jurus sadis tadi tentu masih digunakan Ibu saya. Tidak tanggung-tanggung, ternyata jurus sadis ini tertular sampai ke kakak sepupu saya.

Kembali lagi ke Efek Jangkar (Anchoring Bias). Mari kita simak dua kasus tawar menawar di bawah ini.

Kasus pertama. Sumarni akan membeli sebuah dress di Toko Cempaka.

Sumarni: Dress ini harganya berapa ya mbak?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline