Lihat ke Halaman Asli

Sofia Amalia

Mahasiswa

Menjawab Eksperimen Gagal Frederick II, Penguasa Jerman Abad ke-13

Diperbarui: 10 April 2020   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya ilustrasi | sumber: Kopikeliling.com

"Tindakan biadab", itulah anggapan masyarakat terhadap eksperimen mengerikan yang dilakukan oleh penguasa Jerman abad ke-13. Bagaimana tidak, percobaan yang dilakukan Frederick II ini, berakhir denga meninggalnya bayi yang ia gunakan sebagai bahan percobaan.

Berawal dari rasa penasaran "tentang dari manakah bahasa berasal", sang raja  terus mencoba untuk menemukan jawabannya. Hingga munculah sebuah ide yang sangat irasional.

Penguasa jerman tersebut memilih tiga bayi (beberapa sumber mengatakan dua) untuk diasuh dengan cara yang tidak wajar. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bayi-bayi inilah yang akan digunakan sebagai bahan percobaan. Adapun perlakuan yang diberikan kepada bayi-bayi ini, pengasuh dilarang melakukan bentuk komunikasi apapun, entah itu kepada ataupun di depan mereka (bayi).

Sebelum semuanya terjawab, di tengah masa percobaan, hal yang tidak diinginkanpun terjadi. Ketiga bayi meninggal dunia, untuk penyebabnnya ada sumber yang mengatakan: karena tidak pernah diajak berkomunikasi. Percobaan Frederick gagal, rasa penasarannya pun tidak terjawab.

Mencoba menjawab rasa penasaran Frederick II dari kasus yang berbeda

gambar hanya ilustrasi | sumber: telegraph india

Tepatnya pada tahun 1799, di sebuah hutan yang berada di wilayah prancis, pernah tertangkap gerak-gerik kehidupan manusia. Ada seorang anak laki-laki tak berbusana di temukan di area hutan.

Ketika ditemukan dan diajak berbicara, ia tidak merespon dan bahkan tidak menunjukan usaha untuk berkomunikasi. Ia hanya diam dan seperti orang yang kebingungan.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata anak ini telah tinggal di dalam hutan selama kurang lebih enam tahun. Pada saat itu ia diprediksikan berada di usia kurang lebih sebelas tahun. Sehingga bisa disimpulkan, anak ini tinggal di dalam hutan sejak berusia lima tahun.

Dengan waktu yang cukup lama ia tidak pernah berinteraksi dengan manusia lain. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa ia tidak bisa berkomunikasi ketika pertama kali ditemukan. Ia tidak pernah melihat orang berbicara sehingga tidak ada pemrosesan informasi (proses kognitif) tentang penggunaan komunikasi. Apalagi si anak tinggal di dalam hutan ketika masih berusia lima tahun, ada kemungkinan besar ia akan lupa dengan apa yang telah terjadi sebelum ia tinggal sendirian di dalam hutan.

Contoh lain bisa kita temukan pada orang yang menderita buta dan tuli dalam waktu yang bersamaan. Jika seseorang hanya mengalami tuli mungkin ia akan menggunakan bahasa isyarat. Namun, orang yang menderita tuli dan buta secara bersamaan ia tidak akan menggunakan bahasa isyarat karena ia tidak akan pernah melihat orang yang  menggunakan bahasa isyarat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline