Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung.
Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau expositions pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.
Salah satu bentuk kesulitan belajar yang sering dijumpai pada anak adalah kesulitan belajar matematika. Kesulitan anak dalam belajar matematika sering disebut sebagai diskalkulia. Siswa yang mengalami diskalkulia merupakan representasi dari lemahnya penggunaan strategi pemecahan masalah siswa yang belum matang atau tidak efisien, sehingga siswa dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar aritmetika dengan baik, sehingga memorinya tidak dapat mengingat dengan lancar (Azhari, 2017).
Selain itu, Sudha and Shalini (2014) menyatakan bahwa diskalkulia merupakan istilah luas untuk kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini mencakup semua jenis permasalahan dalam matematika seperti ketidakmampuan untuk memahami arti bilangan sampai dengan ketidakmampuan untuk menerapkan prinsip matematika dalam memecahkan masalah.
Salah satu faktor penyebabnya selain kurang berhasilnya compositions belajar mengajar di kelas juga terjadi karena disfungsi hemisfer kanan yang menyebabkan kesulitan dalam memahami sifat kuantitas, masalah pembelajaran spasial (misalnya, memahami dan menggunakan nilai tempat) dan menggunakan pengetahuan aritmatika untuk menyelesaikan masalah kehidupan nyata sedangkan disfungsi hemisfer kiri menyebabkan kesulitan memahami makna abstrak bilangan, urutan operasi numerik dan matematika.
Pada salah satu sekolah inklusi di daerah Jakarta Timur, kami menwawancari seorang guru yang memiliki murid terdiagnosa dengan salah satu gangguan belajar yaitu Diskalkulia, seperti yang kita ketahui diskalkulia adalah salah satu gangguan kesulitan belajar pada matematika.
Gejala yang dialami sang anak adalah kesulitan dalam mengerjakan soal matematika dasar yang dimana anak sepantarannya banyak yang bisa menyelesaikan persoalan tersebut, selain itu gejala yang juga dialami adalah anak kesulitan mengurutkan angka, mengenal simbol-simbol matematika, dan kesulitan untuk membandingkan angka. Anak tersebut mengalami gejala-gejala ketika ia masih duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Namun karena penanganannya kurang tepat sang anak harus tinggal kelas sebelum mengetahui gangguannya yang diidapnya.
Anak dengan kesulitan belajar matematika atau diskalkulia seharusnya dapat merasakan pendidikan yang setara dengan anak-anak lainnya, sehingga pada proses belajarnya sang anak bisa mendapatkan pembelajaran secara penuh di bangku sekolah. Tetapi masih banyak dijumpai masyarakat yang tidak tahu mengenai pentingnya pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini, sebagian orang menganggap anak berkebutuhan khusus hanya dapat bersekolah di tempat khusus dengan biaya yang mahal. Pada kenyataannya pemerintah telah menetapkan kebijakan serta peraturan mengenai pendidikan inklusi yang dapat dirasakan oleh semua masyarakat di seluruh Indonesia.
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak sebagai pelayanan dasar yang wajib diberikan oleh negara.
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 mewajibkan agar pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit satu sekolah dasar, dan satu sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan. Dan satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan narasumber, penanganan yang terlambat sangat sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan mengenai penangan anak berkebutuhan khusus yang salah satunya adalah diskalkulia. Pihak sekolah diharuskan memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap muridnya karena kurangnya pembekalan informasi yang cukup.