Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Antara Pemalang dan Batang

Diperbarui: 1 November 2024   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  |  Antara Pemalang dan Batang

DikToko

(Soetiyastoko)

Di pagi yang masih dingin,
bermula pandangan tak jelas,
kaca mobil tak mampu bersih sendiri

Kotor
Wifer tak bisa berfungsi
di tol yang panjang
tak berujung,
tersendat langkah,

terpaksa hentikan roda,
saat takdir menepi
di bahu jalan,
adalah baris pertama
kabar yang getir,
memilukan.

Di sana, angin pagi mengemas napas terakhir,
lalu membawanya terbang                      

Tinggal-lah jasad-jasad terluka merah
sosok kuli berita                   -yang selama ini berdedikasi
tanpa henti,
Sunardi, Marwan, Alwan---
nama yang kini ditulis di nisan,
dalam satu kejapan takdir yang pilu.


(Lewat serudukan truk yang tergagap, menghindari mobil lain yang oleng)

Dengan debu kaca yang masih di tangan,
dan air yang tak tersiramkan
Allahu Akbar !
Kehidupan mereka
tetiba
terhenti,
di batas yang tak direncanakan,
tertinggal cerita yang belum selesai,
laporan yang tak sampai tujuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline