Cerpen | Sebuah Pagi
(Bagian 1)
DikToko
(Soetiyastoko)
Sebuah pagi yang terlambat datang itu, hari ini. Awan tebal hitam menghalangi cahaya matahari pagi.
Mestinya sinarnya sudah menyelinap lewat lobang angin dan membentuk lampu-lampu terang, tanpa bohlam didinding dalam kamar.
Selimut, sahabat tidur telah dilipat. Sabun, sampo, sikat gigi dan handuk, telah tunaikan tugasnya.
Wahyudi Wahidin, memanaskan mobilnya, entah untuk alasan apa. Mestinya dia masih ingat pesan pramuniaga di ruang pamer, seminggu yang lalu.
"Pak, ... Mobil ini berteknologi baru, hybrid. Keuntungannya, hemat BBM dan tidak perlu dipanaskan mesinnya. Bisa langsung jalan, ..."
Penjelasan itu, sudah dibacanya di internet, beberapa bulan sebelum mobil itu diluncurkan ke pasar.
Saat dia membayar uang inden, bukti keseriusan mau membeli. Dia pesan warna khusus: merah-ferari, metalik. Warna yang ngejreng, warna berani.
Supaya mudah dikenali dan ditemukan, ketika lupa posisi memparkirkan mobil saat belanja di mal.
Warna itu, juga bermanfaat bagi para mahasiswa. Terutama yang sedang dalam bimbingan tugas akhir. Pertanda bahwa dirinya sudah ada di kampus, walau belum pasti di ruangan mana dan sedang apa.