Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Puisi | Sarung - Telekung

Diperbarui: 13 Juni 2022   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  |  Sarung - Telekung

Soetiyastoko

Kalian tahu kondisi hebat-nya,
kendaraan
saat baru keluar
dari pabrik
sebelum berjuang-mengabdi

Kalian tahu kondisi terhebat manusia
bukan di awal lahir,
tapi saat berjuang
hadirkan hasil-guna
bagi sesama

Beda
antara
kendaraan
dengan
tubuh dan pikiran
manusia,
jika terus di-abdi-kan, ...

Kendaraan akan rusak, sedangkan
tubuh
makin kuat,
pikiran
kian cemerlang.

Meski sama
ada
puncak-nya,
ada
batas-nya

(Tahu-kah kamu batas mampu-mu dan batas waktu-mu ? Sampai di mana persiapan-mu ? Upaya gigih-mu, konsistensi juang-mu ?!)

Yang tak sia-sia,
adalah
berusaha untuk terus
bahagia
dengan
cara
hadirkan manfaat
bagi orang lain

Meski sekedar
cuci-kan
telekung
dan
sarung
persediaan untuk tamu
Mushola pasar

(Ini, mungkin, beda diantara kita ! Kalian hebat, pasti lebih dari sekedar kebaikan yang seperti itu)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline