Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Puisi | Tikar Pandan

Diperbarui: 8 Juli 2024   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  | Tikar Pandan

Soetiyastoko

Sembilan bintang
yang  dulu
kita tandai saat bermesraan
dalam gelap, malam ini
masih di tempatnya

Aku tak berani
membayangkan,
kau saat ini
dimana,
dengan siapa

Aku terapung-apung
dalam gelombang cemburu
Apakah salah,
sudah demikian
mencintai-mu

Lalu
kau
pergi
begitu
saja

(Kutepis nyamuk-nyamuk yang mengganggu anak kita, tidak-kah kau rindu-kan ?)

Di atas tikar pandan
kami kau tinggalkan,
di mana hati-mu
dan
firman-firman mulia yang kau ajarkan pada-ku, sebelum aku jatuh cinta, terbius rayuan-mu

Aku tak mengerti,
kini
tak ada jejak-nya
di diri-mu

(Mestinya aku bersyukur, terlepas dari lelaki yang hanya numpang hidup pada keluarga-ku)

Aku harus tegar
meniti waktu
tanpa kamu.

***

Suatu ketika, saat bulan mati dan gelap sempurna, terbaring redakan rindu, di sebuah teras terbuka bertikar pandan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline