Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Puisi | Dia Orang Baik

Diperbarui: 15 Mei 2022   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  |  Dia Orang Baik

Soetiyastoko

Dalam canda-pun
dikau serius,
tak beda
kala membantu yang membutuhkan
atau
saat kerjakan tugas kantor-mu

Itu kudengar
dari
sahabat dan rekan-mu
ketika
cangkul-cangkul
mengurug
dan
kaki-kaki menari padatkan kubur-mu

Saat nisan ditancapkan,
sahabat-mu
gamit-tangan-ku :
"Penyesalannya, penyesalan kami juga, mendalam dan sama.
Habiskan waktu produktif mengabdi di lembaga riba, hingga pensiun, ..."

Kudengar lagi dari sahabat-mu yang lain,
tadi
dia turunkan jenazah-mu
dari keranda
keliang kubur,
"Kami sering bersisian dengarkan khotbah jumat, di Masjid darurat di parkiran basement kantor lembaga, .... 

Riba, tak pernah diulas disana, ...."

Kalimat itu tersendat isak-tangis yang ditahan

Mencoba kuat

Dosa
dosa
dosa riba
yang tak terperi
telah diminta diampunkan,
pun
tobatan nasuha
telah dilakukan.

(Semula disangkanya, hanya pemberi dan penerima pinjaman berbunga saja yang terkena dosa riba. Ternyata, semua yang menerima upah-gaji dari hasil riba, mendapat ganjaran dosa yang sama. Berkali-kali lipat dosa zinah dengan ibu kandung. Dosa itu  rata, mulai pesuruh kantor, tukang sapu, sopir, hingga komisaris. Lalu bagaimana dengan isi amplop tebal yang diterima pembicara di mimbar mulia itu ?)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline