Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Puisi | Kaidah Malam Tersingkap dari Cungkupnya

Diperbarui: 4 Februari 2022   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kelokan-kelokan jalan
Ajarkan miring lewatinya
Tanjakan tajam, gas-kuat
Atau mundur, menggelinding
Maju selalu jadi tantangan
Upaya siang-malam, demi-mu

Menerawang kembali
Erangan dini hari
Nada-nada jangkrik-kodok
Dan burung malam
Alunkan nada gelisah-resah
Kau, masih ingatkah
Ani-ani pemanen padi
Tempurung kelapa
Lepaskan dagingnya
Aku dan kau
Hapus dahaga dengan airnya

Celoteh pagi
Iringi mandi dipancuran
Ujung bambu
Merunduk aku di situ
Lalu giliranmu mandi
Air gunung membasuh
Hadirkan semangat baru

Merengkuh rejeki
Engkau anyunkan cangkul
Menunduk kepalamu
Enggan panas matahari
Keringat mengucur
Keluh tak pernah kudengar
Usia kita, perjuangan ibadah

Perjalanan panjang
Ujungnya tak terlihat
Akankah sampai bersama ?
Sedangkan letih
Kita ingkari
Akankah sampai nanti
Nasib suratan tangan

Nuansa indah pagi
Atau senja yang hikmat
Fatamorgana-kah itu ?
Sedang tanganmu
Uraikan gelap hitam
Kau masih memelukku
Untuk berapa kali lagi ?

***

BPA, Pagedangan, 1 Februari 2022. Angin dini hari menyingkap kaidah rahasia malam dari cungkupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline