Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Cerpen: Kerudung Keranda

Diperbarui: 24 Januari 2022   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CERPEN  | Kerudung Keranda

Soetiyastoko

Selama ini tak pernah jadi masalah dan tidak pernah dipermasalahkan.

Jika, pas, diperlukan selalu tersedia. Walau entah itu dipinjam dari siapa dan dari pihak mana.

Dari kampung sebelah, dari yayasan, dari rumah sakit atau pun dari partai politik. Tidak jadi soal, baik bagi tetua tokoh kampung atau pun keluarga yang berduka.

Semua urusan terkait hal itu selalu beres atau cukup dianggap beres. Terselenggara hikmat.

Berbeda saat mengantarkan jenazah  ketua RW, yang tidak kebetulan dia seorang ibu.

Fasilitas itu tidak ada. Semua serba darurat.

Lalu seminggu kemudian, disusul matinya muazin sepuh warga RW ini. Adzan-nya di masjid RW sebelah.

Beliau juga yang lebih sering mengumumkan kematian dan memandikan mayat. Kali ini giliran muazin itu yang dipanggil sang pemberi hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline