Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Puisi | Sembilan Detik 3

Diperbarui: 22 Januari 2022   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi | Sembilan Detik  3

Soetiyastoko

Bukan hanya kataku
mereka-pun pendapatnya sama
dia,
memang luar biasa

Bagaimana, tidak
membayangkannya
melamunkannya,
aku tak berani

Dia,
memang bukan pualam
yang bisa pecah
juga bukan seringai seram

nyatanya
ketika bayangnya hadir
sembilan detik
senyum dikelopak mata-ku

aku
resah
gelisah,
tapi sama sekali tak pasrah

Kukejar
menembus tembok kamar
ketika bayang-mu
tinggalkan-ku

(Aku janji, bila besok diperjumpakan di kampus, akan kusapa dia dengan senyum cinta. Sekarang aku tidur dulu, kumpulkan tenaga dan keberanian, menatap matanya. Sembilan detik saja. Wahai Pemilik Cinta, kuatkanlah aku menanggung rasa).

***

Kabupaten Tangerang, BSD, Kamis 20 Januari 2022, pinggiran yang serasa metropolitan .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline