Puisi | Sembilan Detik 3
Soetiyastoko
Bukan hanya kataku
mereka-pun pendapatnya sama
dia,
memang luar biasaBagaimana, tidak
membayangkannya
melamunkannya,
aku tak beraniDia,
memang bukan pualam
yang bisa pecah
juga bukan seringai seramnyatanya
ketika bayangnya hadir
sembilan detik
senyum dikelopak mata-kuaku
resah
gelisah,
tapi sama sekali tak pasrahKukejar
menembus tembok kamar
ketika bayang-mu
tinggalkan-ku(Aku janji, bila besok diperjumpakan di kampus, akan kusapa dia dengan senyum cinta. Sekarang aku tidur dulu, kumpulkan tenaga dan keberanian, menatap matanya. Sembilan detik saja. Wahai Pemilik Cinta, kuatkanlah aku menanggung rasa).
***
Kabupaten Tangerang, BSD, Kamis 20 Januari 2022, pinggiran yang serasa metropolitan .