Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Kuhitung Dulu

Diperbarui: 20 Desember 2021   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuhitung Dulu

 Soetiyastoko

Duri-duri itu, satu-satu
kau raut,
kini
telanjang
tiada perlindungan,
tinggal merah kuntum
jelang
mekar
dalam kaku contong plastik.


Itu bunga tangan
yang
kau ajukan padaku
seraya
berikrar indah dalam drama

Lampion-lampion merah
beraksen emas
bergantungan sepanjang jalan
kuhitung dulu
sebelum menjawabmu

Jangan marah,
sabar dan tunggu
karena hidup
tak cukup
berawal rekah merah.

Dengan apa,
kelak
kau
nafkahi aku ?
Agar tetap lega bernafas.

***

Pagedangan, 30 Okt 2020
Ada gambar bulat-bulat di dinding kamarku, sorot surya selusup lewat ventilasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline