"Wad, ..."
Oleh : Soetiyastoko
"Wad, ..." , beraninya dia menyapaku, dengan sebutan seperti itu. Walau itu memang penggalan namaku. Tetapi tak seperti itu juga mestinya.
Selalu begitu, tiap kali dia menyapaku. Dan .... Itu membuatku badmood bahkan ill feel. Merusak konsentrasiku menyimak paparan Pak Dosen kriting gondrong dan beranting sebelah. Dosen favorit teman-temanku, aku juga suka dia.
Wadiarini Anya, bagiku adalah nama bernada indah, pemberian ayahku. Ibu-ku selalu menyebutnya lengkap. Nenek-ku bilang "susah amat" namanya, walau beliau pun akhirnya terbiasa mengikuti cara ibu, memanggilku.
Teman-teman baru-ku di kampus, ikut memanggilku seperti itu. Mereka mendengar cara teman SMA-ku yang selalu menyebut lengkap namaku. Kalau tidak lengkap, tak akan kutoleh dan pasti tak kupedulikan.
Ada lima orang, enam termasuk aku yang bukan perantau. Lainnya dari berbagai pelosok Nusantara. Empat orang dari negara tetangga.
Seperti biasanya, dosen-ku yang "mahiwal" itu, mulai meng-absen. Dia selalu menyebut nama panggilan, lalu nama lengkap mahasiswanya. Matanya selalu mencari wajah yang disebut, untuk mempertahankan daya ingat, katanya. Kami diharuskan berdiri, saat menyahut.
***
Beliau membagi kelompok-kelompok, berdasarkan urutan nama di lembar absensi. Lalu diberi tugas kelompok.
Wadiarini Anya, namaku disebut, lalu, Warior Lokomotif, Warsini Wulandari, Warsono Sersan Mayor dan Wawan Sudiawan.