Lihat ke Halaman Asli

Simpuh

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika subuh, diantara surau-surau itu, diantara kesunyian ujung malam yang hening tiada bergema.

Usailah tatkala angin membawa dengung -dengung syahdu ayat-ayat suci yang menggema di angkasa raya. Menderu-deru, menyayat kalbu yang lalai dan pongah.

Tetibalah sekujur tubuhku bergetar, jiwaku hancur lebur, gelap dan nista. Oh, kalbuku membilur sesal.

Tak kuasa ku menahan tangis, air mata bercucuran tiada henti, menjadi hulu lautan penyesalan akan dosa-dosa yang telah lalu.

Aku terbuai..! Aku mabuk akan gemerlap dunia, laksana candu manis semu berhias kenikmatan palsu.

Oh, aku terkapar hilang bentuk, aku tak ubahnya bangkai yang hina, yang lupa akan tujuan asal penciptaan.

Ya Allah, masihkah maaf-Mu seluas tujuh samudera..? Astaghfirullahal’adzim..

Surabaya, 27 Desemeber 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline