Ketika menjejakkan kaki di lokasi pembangunan pabrik sagu di Kais Pantai Distrik Kais Sorong Selatan bulan September 2014, saya bisa bernafas lega setelah empat jam lebih tegang diatas longboat melalui jalur sungai dan laut dari pelabuhan Teminabuan ibukota Kabupaten Sorong Selatan.
Tegang karena untuk mencapai Kais dari Teminabuan, kita harus melalui sungai Wareengge, Awoga, Sepa dan juga melewati laut lepas Sorong Selatan. Belum lagi buaya-buaya sungai yang rajin mengintip perahu yang lewat. Alih-alih kalau waktu pulang tidak tepat maka kita bisa terjebak pula pada laut yang surut. Akibatnya harus siap mendorong longboat ke tengah laut atau menunggu air laut pasang.
Jarak 170 km dari kota Sorong ke Teminabuan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat jenis Toyota Fortuner lebih kurang lima jam, kemudian dilanjutkan dengan jalan sungai dan laut ke distrik Kais. Kondisi jalan Sorong-Temiabuan sebagian besar beraspal hotmix, sebagian masih jalan berbatu. Jangan tanya pemandangan sepanjang jalan luar biasa bagusnya karena kita masih bias menjumpai air-air terjun indah, hutan yang hijau meskipun bukan hutan primer, juga satwa burung yang cantik. Hanya saja jalan berkelok kelok tajam bisa membuat penumpang mabuk di jalanan, kecuali mereka warga lokal yang terbiasa naik taksi mobil bak terbuka.
Jangan bayangkan taksi di Sorong Selatan sama dengan angkot atau bis kota di Jakarta. Taksi-taksi umumnya mobil bak terbuka, penumpang duduk di belakang dengan membayar rata-rata duaratus limapuluh ribu rupiah, dan mereka harus siap bercampur dengan ayam, kambing, babi dan barang-barang lainnya. Tak jarang para penumpang begitu turun taksi harus rela muka dan rambutnya berubah warna putih karena ‘ramenya’ debu jalanan. Kecuali duduk di dalam mobil, bayaran dua atau tigakali lipatnya, penumpang bisa duduk manis dan nyaman.
Kesulitan transportasi dan akses jalan Teminabuan ke Kais tersebut berdampak pada mahalnya harga barang-barang kebutuhan masyarakat di pelosok Sorong Selatan.
Ketika menjejakkan kaki di lokasi yang sama pada pertengahan Oktober 2015 beberapa hari lalu, saya melihat perubahan disana. Pertama, saya tidak lagi melalui jalur sungai dan lautan lepas. Kedua, dari Teminabuan langsung jalan darat dengan kendaraan yang sama menuju distrik Kais ditempuh dalam waktu dua jam. Jalan tembus kearah distrik Kais ada didepan mata dan telah berfungsi. Jalanan sepanjang 8,5 km dengan lebar delapan meter membentang sudah dapat dilalui sejak beberapa bulan lalu. Waktu tempuh dari Sorong ke Kais dapat dihemat lebih kurang dua jam.
Jalan tembus bantuan Pemerintah cq Kementerian Pekerjaan Umum itu konon permohonan Perum Perhutani yang tengah membangun pabrik sagu di Kais untuk mendukung percepatan perekonomian Sorong Selatan yang selama ini terisolir.
Memang jalan tembus itu belum beraspal atau berbeton yang menurut saya tidak perlu-perlu amat beraspal berbeton karena bagi masyarakat fungsi adalah yang terpenting. Kini jalan tembus ke Kais Sorong Selatan ada di depan mata, putih, bersinar dibawah terik matahari. Seperti ketika saya melihat sinar mata anak-anak Kais menyongsong masa depan mereka. (Soe/2015)
*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H