Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan dimulainya proyek percepatan pembangunan kereta ringan (light rail transit/LRT) di Indonesia dengan acara peletakan batu pertama (groundbreaking) pada RABU 9 September 2015 di lokasi groundbreaking LRT jalan tol Jagorawi, tepat di seberang kantor Jasa Marga atau mal Tamini.
Kata Presiden RI, groundbreaking tersebut tepat enam hari setelah Prepresnya ditandatangani pada 2 September 2015. Proses ini termasuk cepat untuk ukuran policy ke implementasi. Presiden saja mengakui bahwa Indonesia saat ini masih tertinggal dalam pembangunan infrastruktur, utamanya transportasi massal. Untuk itu, pembangunan LRT dengan total panjang 83,6 kilometer itu harus dipercepat karena sudah tertunda cukup lama (http://m.jpnn.com)
LRT adalah moda transportasi massal berbasis rel, elevated, ramah lingkungan dan akan dibangun di atas tanah ruang milik jalan tol dan non-tol. Data berbagai sumber media menyebutkan bahwa pembangunan tahap I meliputi lintas Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas dengan 18 stasiun dan panjang 42,1 km. Nantinya tahap II lintas pelayanan Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan dan Palmerah-Grogol sepanjang 41,5 km.
Setiap pagi ketika berangkat kerja melewati tol jagorawi, mata saya selalu tertuju pada barisan crane yang membisu. Demikian pula ketika senja tiba dan saya kembali melewati lokasi yang sama, saya berharap-harap cemas tiang-tiang pancang sudah ditusukkan ke tubuh bumi. Semoga saja tiang-tiang pancang sudah ditancapkan ke kulit bumi pada malam hari sehingga ketika siang pemandangan tancap menancap tak terlihat.
Lima minggu pasca proyek groundbreaking, setiap mengintip dari balik kaca mobil ditengah kemacetan, tanda-tanda pergerakan alat-alat crane mulai terlihat pelan, tumpukan batu-batu beton besar yang meninggi sudah lenyap, pohon-pohon yang dulu ada juga hilang.
Mungkin imbas berita crane ambruk di masjidil haram beberapa waktu lalu membuat saya ikut was-was ketika jalanan macet tepat di dekat crane-crane lokasi groundbreaking LRT tersebut. Semoga saja tidak ada angin kencang dan crane yang terlalu dekat jalan tol padat kendaraan itu ambruk.
Tentu LRT ini ditunggu-tunggu oleh warga Cibubur, Bogor dan sekitarnya yang setiap hari bergelut dengan kemacetan untuk mencapai ibukota.
Moda yang diharapkan akan mengangkut penumpang lebih cepat daripada berkendaraan sendiri itu (kecepatan operasi 60-80 km/jam) akan mengantar penumpang sampai di stasiun Cibubur lebih cepat. Lokasi bakal stasiun di Cibuburpun, kita yang awam belum tahu karena belum ada tanda-tanda dimana stasiun akan dibangun. Seperti juga kita tidak tahu kemana pohon-pohon rindang ditepi jalan tol itu akan dipindahkan. Menanam pohon pengganti pasti juga butuh waktu lama. Kita terus butuh oksigen sementara asap mobil juga butuh diserap daun-daun pepohonan itu. Kita berharap penghijauan akan tambah bagus nantinya, tentu dengan pemilihan jenis yang sesuai dan bukan sekedar pohon.
Menurut info pembangunan oleh PT Adhi Karya, LRT tahap I akan dimulai pada kuartal akhir 2015 dan ditargetkan selesai pada 2018. Bila saja ini benar maka setiap hari kita harus siap memandang pembangunan infrastruktur LRT selama tiga tahun kedepan di tengah tol Jagorawi yang makin macet.
Semoga pembangunan lancar dan kita segera memiliki moda transportasi terkoneksi tak kalah dengan negara-negara tetangga. Sebagai warga Negara saya harus bersabar menunggu kehadiran moda LRT ini. Meskipun tiga tahun lagi saya sudah pensiun, saya tetap sabar untuk memiliki Indonesia yang lebih baik. Semoga. (Soe/2015)
Sumber foto: Dokumen Pribadi