Lihat ke Halaman Asli

Soesi Sastro

Praktisi Sosial dan Lingkungan

Sesat Di Superblok Pink City

Diperbarui: 24 Oktober 2015   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pernah ke India? Bila kota Delhi terkenal dengan kuil Lotus dan arsitektur bangunan extravaganza, kota Agra dengan Taj Mahalnya, maka Jaipur dijuluki the Pink City, identik dengan kerajaan tua, batu permata, pakaian rakyat yang meriah dan tradisinya yang terus bertahan hingga kini.

Untuk mencapai kota Jaipur ibukota Negara bagian Rajashtan, perlu menempuh jarak 259 km dari Delhi selama empat jam berkendaraan darat atau enam jam berkereta api atau tigapuluh menit dengan pesawat udara. Jaipur termasuk wisata segitiga emas Delhi-Agra-Jaipur yang menawarkan kekayaan dan kejayaan India masa silam.  

Perlu menempuh jalan darat 50 km dari Delhi ke kota Gurgaon negara bagian Haryana, sebelum masuk Rajasthan. Suasana kota Gurgaon yang metropolis hilang sama sekali digantikan suasana India masa silam yang sangat kental ketika masuk Rajasthan. Onta-onta gurun pasir beriring rapi menarik gerobak barang sepanjang jalan. Perempuan berbaju merah, oranye, kuning menyala begitu juga laki-laki berbaju putih surbanya warna-warni berjalan beriringan merupakan pemandangan khas Rajasthan.

Selanjutnya sepanjang 170 km menuju Jaipur, kita disuguhi wajah pegunungan Aravalli yang tandus. Menurut cerita, kerusakan hutan masa lalu menjadikan Aravalli menambah luas Gurun Pasir Thar yang panjangnya 800 km dan lebarnya 490 km. Thar adalah gurun yang membentang dari Pakistan sampai Rajasthan.

Dengan 45 derajat celcius, tentu keringat air kran, mengucur. Panas itu terasa biasa ketika masuk sebuah gapura warna terakota berornamen bunga warna putih, pintu gerbang kota Jaipur. Dominansi warna terakota ini yang membuat Jaipur dijuluki the Pink City.

Lalulintas di Jaipur tergolong padat dan semrawut. Bus, jip, angkot, mobil pribadi, sepeda, sepeda motor, rickshaw, gerobak sayur ditarik onta sampai pejalan kaki serakah berebut memenuhi jalanan. Pemandangan kota tua yang luar biasa, serasa masuk cerita fantasi Seribu satu Malam.

Semakin fantastis juga ketika kendaraan jeep masuk gerbang kota dan menembus jalanan di dalam blok-blok bangunan berbentuk kubus yang seluruhnya berwarna merah terakota. Tidak kurang dari sembilan gerbang pintu masuk kota tua tersebut. Bentuk, ukuran, ornamen bunganya persis sama satu sama lain.

Tiga gerbang utama Jaipur selebar 30 meter adalah Chandpol gate, Ajmeri gate, dan Sangaaneri gate.

Dibalik setiap pintu gerbang inilah, ada jalan dua arah, kanan kiri jalan berjajar blok pertokoan bentuk kubus, rapi tanpa genteng. Ukuran bangunan dua kali dua meter, tinggi empat meter dengan gudang dibawah tanah.

Toko-toko itu umumnya menjual semua kebutuhan seperti tekstil, elektronik, bumbu dapur, bunga, beras, makanan, buah-buahan, alat musik, keramik biru, meenakari (ukiran emas), aksesori, jooti (sepatu tradisional dari kulit unta), karpet, lukisan, peralatan masak dari tembaga, makanan unta, cindera mata sampai batu mulia, lengkap. Menelusuri blok-blok kubus dengan berjalan kaki, serasa dalam negeri dongeng. Konsekuensinya pasti akan tersesat bila tanpa pemandu lokalan atau kawan.

Menurut Ahmed, pemandu dadakan dari Chandpol yang ‘terpaksa’ saya ambil setelah tersesat, jumlah toko di setiap blok tidak kurang dari 600 unit atau 1200 toko dari setiap gerbang. Untuk sembilan gerbang berarti ada 10.800 unit toko memadati blok Pink City. Pasar utama kota tuanya adalah blok Johari, Tripoli, Bapu dan Chandpol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline