Lihat ke Halaman Asli

Soesi Sastro

Praktisi Sosial dan Lingkungan

Antara Raja Ampat dan Gereja Bosiro di Papua Barat

Diperbarui: 18 Oktober 2015   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Siapa yang tak ingin ke Raja Ampat Papua Barat. Coba angkat tangan. Semua pasti maulah. Akhir-akhir ini kunjungan wisatawan ke kepulauan indah di wilayah kepala burung Papua Barat tersebut mengalir deras.  

Turis mancanegara sudah sejak lama ke Raja Ampat. Mereka lebih tahu duluan daripada turis domestik. Mengapa, karena pada umumnya para warga asing akan mencari destinasi wisata berbasis natural resources sumberdaya alam, apakah hutan alam, hutan pantai, pantai, pegunungan, desa-desa tradisional dan sebagainya. Sedangkan turis domestik yang dicari mal, pusat perbelanjaan, hiburan dan sebagainya.

Baru setelah promosi gencar dilakukan oleh travel-travel besar juga para crew televisi luar negeri dan dalam negeri datang meliput maka jadilah si Raja Ampat betul betul menjadi raja wisata bahari. Perekonomian kota Sorong bergerak tumbuh menaik. Pendatang berdatangan, mengadu nasib, membuat kue-kue khas Sorong, mencetak kaos, tas, gantungan kunci, sandal dan sebagainya.

Papua Barat pada dasarnya dianugerahkan alam yang sangat indah. Sisa-sisa hutan yang pernah dilibas oleh perusahaan konsesi atau mungkin penebang liar masih bisa diintip sekilas. Beberapa distrik di Sorong Selatan misalnya masih memiliki hamparan hutan sagu yang luas meskipun hutan merbau di daerah itu dinyatakan habis. Sungai-sungai bening dan jernih airnya masih cukup banyak. Alamnya eksotis.

Bisa jadi, Sorong Selatan kedepan akan menarik wisatawan mancanegara maupun domestik. Jalan darat dari Sorong ke Teminabuan dan Kais dipastikan lancar. Di Bosiro distrik Kais sendiri terdapat sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1916, jauh sebelum kemerdekaan RI tahun 1945. Gereja Kristen berumur hampir seratus tahun tersebut sangat kokoh, asli berbahan kayu merbau yang sangat kuat meskipun beratap rumbia. Gereja Bosiro ini saya yakin bakal menjadi destinasi wisata yang menarik.

Selain itu, proses pengolahan sagu alam menjadi tepung di pabrik pengolahan sagu milik BUMN Perhutani yang akan beroperasi tahun 2016 di distrik Kais, dapat dipertimbangkan sebagai tujuan wisata juga. Wisatawan bisa membandingkan antara sagu yang diolah secara tradisional dan diolah secara modern di pabrik tersebut kelak.

Demikian juga panganan-panganan berbahan baku sagu akan dapat dikembangkan masyarakat setempat untuk mendukung pariwisata di Sorong Selatan.

Hanya butuh dukungan promosi yang gencar dari pemerintah, media-media dan masyarakat yang ingin mewujudkan Indonesia lebih baik. (SOE/2015)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline