Lihat ke Halaman Asli

Jangan Hanya Puas dengan Gelar Sarjana

Diperbarui: 12 Maret 2016   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - showbiz.liputan6.com"][/caption]

Bisa menempuh setinggi-tingginya merupakan impian sebagian besar orang. Namun dalam menraihnya kita tidak boleh setengah-setengah. Jangan jadikan alasan ekonomi sebagai penghambat untuk bisa mewujudkannya. Sekarang sudah banyak beasiswa yang telah diberikan untuk mereka yang berkompeten dalam segi akademik maupun akademik namun kurang beruntung dalam segi ekonomi. Kebanyakan orang memilih bekerja setelah mereka lulus dari jenjang SMA atau sderajat. Padahal pekerjaan yang bisa mereka dapatkan setelah lulus dari jenjang tersebut sangat minim dan memiliki saingan yang lumayan besar. Apalagi di jaman sekarang menuntut setiap lowongan pekerjaan yang menerima karyawannya minimal telah menempuh pendidikan S1. 

Sebenarnya jika mau berusaha dan berdoa, banyak jalan untuk bisa mewujudkannya. Tapi permasalahan bukan hanya disini saja. Semakin menjamur lulusan SMA/SMK berbanding lurus dengan lulusan S1. Artinya, baik lulusan SMA/SMK dan S1 tiap tahun kian bertambah membuat persaingan pekerjaan menjadi sulit. Jadi, apakah masih bangga dan yakin dengan hanya mendapatkan gelar sarjana? Berikut pemaparan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dengan orang-orang yang tengah dan pernah melanjutkan ke tingkat S2.

  • Jenjang S2 Lebih Diutamakan

Dalam hal pencarian pekerjaan, apabila ada lulusan S1 dan S2 yang akan diprioritaskan menjabat sebagai manager perusahaan kemungkinan besar yang terpilih adalah mereka yang telah memiliki gelar magister. Hal ini tentu memiliki alasana khusus sebab lulusan S2 lebih memiliki ketajaman analisis dan pengetahuan yang luas dari pada mereka yang lulusan sarjana. Menjadi pemimpin perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena setiap pemimpin harus punya rasa tanggung jawab dan bijak dalam mengambil keputusan penting demi kemajuan perusahaan.

  •  Jenjang S2 Bukan Hanya Belajar Teori

Meskipun penulis masih proses dalam mengakhiri masa sarjana, namun sebagian mereka yang sudah menempuh S2 mengatakan kalau pembelajaran di kedua tingkat tersebut berbeda. Jika pada tingkat S1 mahasiswa lebih dihadapkan pada teori, mahasiswa S2 akan lebih banyak disuguhi dengan pembelajaran dan latihan untuk bisa mempertajam analisis mereka. Pemberian kasus menarik dan pengetahuan baru yang tidak selalu diperoleh di luar kelas mewarnai pembelajaran S-2. Jadi, tahapnya adalah menemukan solusi terbaik dari kasus-kasus yang ada. Pengalaman tersebut nantinya dapat diterapkan mahasiswa dalam lingkungan kerjanya. Contoh, mahasiswa diajak untuk mengupas rancangan bisnis sebuah perusahaan dengan beragam sajian data. Berdasarkan data itu, mahasiswa diminta untuk melakukan analisis potens pasar, jumlah produksi, dan waktu distribusi. Latihan tersebut penting agar mahasiswa mampu mengambil keputusan berdasarkan data nyata.

  • Jangan Ragu Untuk Melanjutkan S2 Karena Banyak Beasiswa

Dalam usia-usia produktif sangat disayangkan jika menunda-nunda untuk bisa melanjutkan S2. Jangan khawatir dengan biaya untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Saat ini banyak beasiswa dari dalam maupun luar negeri yang dapat menunjang untuk bisa melanjutkan studi. Misal, beasiswa LPDP dari pemerintah Indonesia, beasiswa DIKTI dan President Sholarship. Itu baru pemerintah Indonesia, belum lagi beasiswa yang disediakan atas hasil kerjasama pemerintah dengan luar negeri, seperti Erasmus Mundus (Uni Eropa), Chevening (Inggris), Fulbright (Amerika), AUSAID (Australia), NESO (Belanda), dan VLIR-UOS (Belgia) dan masih banyak lagi. Bukan hanya soal biaya, bisa menempuh studi lanjut dengan beasiswa membuat seseorang memeproleh pengalaman baru. Apalagi bisa kuliah hingga luar negeri. Tentunya setiap orang ingin merasakannya. Dan salah satu kepuasan yang paling nyata bisa dirasakan bukanlah soal mendapatkan biayanya, melainkan lolos dan berhasil mengalahkan puluhan ribu pendaftar yang berebut beasiswa tersebut.

  • S2 tak kalah menariknya dengan S1

Setelah mendaftarkan diri untuk apply beasiswa atau berkas-berkas S2 yang lumayan menguras tenaga, akhirnya bisa diterima di sebagai mahasiswa berpredikat S2. Tentu ada perbedaan antara kehidupan semasa menjadi mahasiswa S1 dan mahasiswa S2. Bisa bertemu banyak orang dan mendapatkan pengalaman baru merupakan diantaranya. Jika telah dijalani, bayang-bayang tentang betapa sulitnya nanti membuat paper atau menulis tesis semua akan terhapuskan. Semua berjalan lancar. Dosen-dosen pun tak se-killer pernah dibayangkan sebelumnya. Teman-teman di pascasarjana juga tak kalah seru dari sahabat saat S-1. Kegiatan diskusi berjalan seru dan memberi banyak ilmu baru, sehingga kemampuan yang dimiliki semakin berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline