Lihat ke Halaman Asli

Surya Rianto

Blogger, Jurnalis Ekonomi, Pecinta Badminton, dan Anime

Bukalapak IPO, Si Perusahaan Teknologi yang Incar Pasar di Daerah, Koleksi atau Tidak?

Diperbarui: 11 Juli 2021   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi Bukalapak. / Tech in Asia

Bukalapak IPO menjadi salah satu topik hangat sejak akhir pekan lalu. Setelah Public Expose Bukalapak pada 9 Juli 2021, muncul perdebatan apakah saham ini layak koleksi atau tidak. Apalagi, perdebatan membentuk dua kubu antara yang menilai kinerja saat ini dengan prospeknya di masa depan. 

Bukalapak menargetkan bisa himpun dana IPO sekitar Rp22 triliun, kalau terealisasi bakal menjadi nilai yang terbesar sepanjang sejarah BEI. Terakhir, yang terbesar adalah ADRO dengan nilai sekitar Rp12 triliun, kalau tidak salah, koreksi saya kalau salah. Namun, Bukalapak yang masih rugi justru jadi sorotan utamanya.

Perusahaan teknologi memang sangat terkait sebagai perusahaan rugi yang punya prospek di masa depan. Semua perusahaan teknologi yang membangun ekosistem pasti awalnya rugi karena butuh modal besar untuk mengejar pertumbuhan bisnis. 

Banyak contoh perusahaan rugi, salah satunya yang menarik perhatian gue adalah SEA Group. Perusahaan teknologi paling bernilai di Asean dan sudah IPO di AS. Dari waktu IPO hingga sampai saat ini, SEA masih rugi. Namun, harga sahamnya justru melambung tinggi hingga tembus 275 dolar AS per saham. 

Sebenarnya, opini lengkap gue versi pertama ada di blog gue Suryarianto.id, klik di sini untuk langsung ke artikelnya ya.

Balik ngomongin SEA Group, kenapa sahamnya bisa melejit hingga ratusan dolar AS dalam kondisi rugi. Jawabannya adalah perusahaan itu terus mengembangkan ekosistemnya. Secara keseluruhan, saat ini memang rugi, tetapi saat ini bisnis entertainment SEA lewat Garena sudah mencatatkan Ebitda yang positif. 

Nah, dua lini bisnis lainnya, yakni e-Commerce lewat Shopee dan keuangan lewat Sea Pay memang masih rugi dari Ebitda hingga laba bersihnya. Namun, di sini SEA sudah punya amunisi dari bisnis gamingnya yang sudah positif. Apalagi, peminat dan fanatik gamenya bertajuk Free Fire sangat banyak. 

Terus Bagaimana dengan Bukalapak?

Bisa dibilang, Bukalapak agak berbeda nasibnya dengan SEA Group. Diversifikasi bisnisnya masih monoton hanya di bidang perdagangan. Dari satu kalimat ini, apakah kamu langsung berpendapat kalau Bukalapak jelek?

Oke, gue bakal ulas Bukalapak mulai dari kinerjanya. Secara keseluruhan Bukalapak mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,35 triliun, tetapi rugi senilai RP1,34 triliun. Lalu, beban penjualan dan pemasarannya Rp1,55 triliun. Terus darimana tuh nafasnya Bukalapak ya? ya dari dana investor hehe 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline