Oleh: Soeratman (Putra daerah Flores)
Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki beragam agama, kepercayaan, suku, budaya, dan etnis. Keberadaan keberagaman itu membuat indonesia menjadi Negara yang unik, berbeda dengan negara-negara di dunia lain yang cenderung homogen.
Tentu sebagai warga indonesia kita patut bangga dengan keberagaman yang dimiliki olehbangsa kita, oleh karenanya sudah menjadi keharusan kita untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan ditengah perbedaan dan keberagaman itu agar tidak menimbulkan gesekan yang menyebabkan perpecahan didalamnya.
Bukanlah perkara yang mudah untuk menciptakan sebuah keharmonisan di tengah perbedaan yang multi tersebut. Pasalnya, indikasi percikan-percikan konflik dilakukan oleh perorangan atau kelompok-kelompok karena keegoisan mencoba menganggu keharmonisan yang sudah terjalin sejak lama.
Namuan tahukah bahwa, Beragam kasus intoleransi yang belakangan ini terjadi di pelbagai kota, seperti misalnya, kasus penolakan salah seorang warga bantul yang bernama Slamet Jumiarto beragama kristen yang tak diizinkan warga untuk menetap di dusun Karet, Bantul. Lantaran berbeda keyakinan dengan warga dusun karet yang mayoritas islam. Kemudian
kasus sekelompok orang mengacak-acak properti acara sedekah laut yang digelar di
Pantai Baru, Srandakan, Bantul (Sumber, Suara.com, 3/03/2019).
Kasus diatas memberitahukan bahwa intolerasni di indonesia masih ada dan belum di tangani dengan baik oleh pemerintah dan tokoh-tokoh agama lain yang memiliki otoritas untuk mencegah terjadinya konflik lantaran berbeda keyakinan dan akibat belum sempurnanya
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam peraktek kehidupan bermasyarakat.
Intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama dan kepercayaan, oleh PBB dalam "Declaration on the Elimination of All Forms of Intolerance and of Discrimination Based on
Religion or Belief", diartikan sebagai setiap pembedaan, pengabaian, larangan atau pengutamaan yang didasarkan pada agama atau kepercayaan yang tujuannya atau akibatnya meniadakan atau mengurangi pengakuan, penikmatan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan mendasar atas dasar yang setar (sumber,tirto.id,15/02.2019).
Sejarah kelam indonesia menunjukan bahwa konflik antara umat agama yang dipicu karenamenguatnya intoleransi antar beragama pernah terjadi, yang sampai saat ini maih kita ingat dan menjadi pelajaran berharaga bagi kita untuk selalu menghargai setiap perbdeaan yang ada terlebih dalam hal agama dan keyakinan. Adalah konflik umat beragama antara islam dan kristen, yang terjadi di kota, poso, ambon, maluku. dalam konflik itu banyak sekalai nyawa manusia yang tidak berdosa berjatuhan.
Corak motif yang melatarbelakangi munculnya konflik antar umat beragama kebanyakan lahir akibat dari sikap intoleransi yang ada di masing-masing emeluk agama di indonesia.
Karena bukan rahasia umum lagi konflik antara agama di indonesia sudah seringkali terjadi untuk itu, perlu penanganan khusua untuk menyadarkan kembali kepada setiap pemeluk agama yang ada di indonesia agar bisa menerima perbedanaa keyakinan dan tdiak memaksao rang lain untuk mengikuti agama tertentu yang dianggap benar. Sebetulnya ini tugas dan tanggungjwab para tokoh agama dari masing-masing agama. Dalam islam misalkan, adao rganisasi islam yang membawahi umat islam yaitu Nahdatul Ulama (NU) danM uhammadiya, kedua organisasi ini memiliki peran penting untuk menuntaskan persolan intoleransi yang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan beragama di indonesia, begitupun dengan agama-agama lainnya.
Flores Daerah Toleransi