Lihat ke Halaman Asli

Tahun 2014, Realisasi Lagu Iwan Fals Masih Terus Berlaku…

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lahir awal Januari menjelang Pemilu, BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi mungkin bayi kurang gizi (Galang Rambu Anarki). Untuk anggota DPR/MPR dikantong safarimu kami titipkan masa depan kami dan negeri ini, dari Sabang sampai Marauke, Dihati dan lidahmu kami berharap, suara kami tolong dengar lalu sampaikan… wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu siding soal rakyat (Wakil Rakyat).

Dekade awal tahun 2014 ini merupakan tahun yang krusial, tahun yang penuh emosional, yang mana tahun berakhirnya masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yang sudah 2 periode ini atau juga masa-masa pergantian para legislative dan eksekutif negeri ini. Tahun 2014 merupakan tahun gejolak politik, tahun peralihan pimpinan melalui pemilu sebagai suatu alat legitimasi sebuah kekuasaan, perubutan hak suatu individu, kelompok, golongan/organisasi untuk mencapai tujuan utama yaitu medapatkan pengusaan atas kekuasaan secara legalisasi dan konstitusi, dan untuk memegang kendali kekuasaan tertinggi negeri ini.

Fase ini jelasakan menimbulkan dampak pada semua aspek, baik dari ekonomi, sosial, dan berharap tidak pada sub-sub bawaannya. Yang pasti akibat dari situasi fase ini akan terasa menggangu ataupun merugikan pada kehidupan lapisan masyarakat, dan dari sebagian golongan/kelompok dapat meraup keuntungan.

Garuda bukan burung perkutut, Sang Saka bukan sandang pembalut, Dan coba kau dengarkan Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut yang hanya berisi harapan yang hanya berisi khayalan (Bangunlah Putra-putriIbu Pertiwi). Setan-setan politik yang dating mencekik, walau dimasa paceklik tetap mencekik (Sumbang).

Perebutan kekuasaan tahun ini akan semakin beresiko mengingat minimnya tampilan dan karakter dari figur yang akan diusung dari parpol yang ada. Berharap pada (manusia setengah dewa) yang mampu menjadi figure untuk memimpin negeri ini. Ataupun sosok Jokowi yang digadang-gadangkan menjadi manusia itu. Memang, terlalu dini untuk menjadi seorang presiden, sebelum tampil sudah ada lawan partai politiknya yang secara sembunyi atau terang-terangan menghentikan laju untuk menjadi manusia setengah dewa atau beliau masih berkutat untuk memenuhi janjinya tentang penangan banjir di Jakarta. Berkacalah Jakarta, jangan kau paksakan untuk berlari bila luka di kaki belum terobati.

Sementara peralihan kekuasaan akan semakin ketat dan terbuka, sementara itu pula status pemilu 2014 masih diragukan keabsahannya, mengingat ada beberapa penggugat dari partai politik bahwa status hukum tentang pemilu 2014 tanpa dasar UU, berarti beberapa pihak pemilihan tahun ini dianggapinkonstitusional, namun sebagian partai lain mendukung keputusan MK tersebut. Carut marut keputusan-keputusan yang dikeluarkan lembaga negara menajadi cermin pandang tindak hubungan dalam pandangan negara lain.

tikus-tikus kantor tak kenal kenyang rakus-rakus bukan kepalang (Tikus Kantor). Asal jangan pembangunan bikin subur kaum makmur, asal jangan pembangunan buat senang cacing-cacing (Lancar).

Kolusi sudah tuntu ada antara golongan/partai politik dengangolongan lainnya untuk pembagian konpensasi dari penyerta penyelenggaraan negara atas kekuasaan sebuah golongan. Persekutuan untuk meraup dana besar dari kas negara untuk kepentingan-kepentingan partai-partai atau golongan sudah menjadi solusi dari manajemen partai politik, wah? Kacau.

“Sebuah fakta yang sulit dibantah, kepentingan politik menjadi akar terjadinya korupsi. Keterlibatan pejabat struktural berlatar belakang partai politik dalam sejumlah kasus korupsi, menjadi penguat bahwa praktik korupsi tak bisa lepas dari unsur kepentingan politik.

Maka, bukan hal yang mengherankan bila kemudian muncul sebutan korupsi politik. Yakni, untuk menyebut praktik korupsi yang terjadi atau dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam dunia politik. Padahal, bila dilihat dari kacamata perundang-undangan, istilah ini tidak dikenal.

Pada praktiknya, korupsi politik dilakukan oleh para elit politik, mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Modusnya bermacam-macam, misalnya saja jual-beli "kendaraan" politik, mahar politik, jual beli suara, sampai korupsi yang bersifat sindikasi lainnya. Praktik-praktik kotor tersebut, tentu saja mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara”…. Zulkarnaen (Wakil Ketua KPK).

Dalam hal lain, masih banyak lagi fase perubahan-perubahan yang dialami negeri ini tanpa dibarengi dan didasari olah jiwa yang bersih dan ahlak mulia. Bidang ekonomi yang masih menganut sistem "Bunga Trotoar, Robot bernyawa, Bento, bidang pendidikan 20% dari APBD negara yang berpacu pada keadaan "Si Budi Kecil, Nak, Sarjana Muda", bidang hukum masih berkutat dengan "Paman Doblang, bidang pembangunan terus berkelanjutan menyaingi "tikus-tikus kantor, pemborong jalan, lancar", dan yang menghebohkan penyiaran acara hiburan yang tertayang pada media televisi swasta berlaku "Badut", hanya mementingkan keuntungan dan popularitas.

Lagi-lagi peran pemerintah haruslah ada diantara itu semua, mengurus dan mengatur segala ekosistem yang ada dinegeri ini. Dari kesemua itu,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline