Lihat ke Halaman Asli

Pose Hari Itu... (Bagian 1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubuka jendela pada pagi hari, sejuk angin dingin menghela nafas segar memicu buka mata pada hari ini. Daun pohon duku, rambutan, pete bertebaran disela bebatuan atau ranting bunga kecil, bau harum tanah merah melekat kuat terasa, berirama burung-burung cici menyambut pagi. Terjadi lagi lukisan indah Ilahi pagi ini. ah.. berangkat kerja juga hari ini. Semangat..ayo semangat gerutuku dalam hati.. berebut mandi pada anak sekolah, berebut makan sarapan pada meja dan duduk, berebut salam pada ibu yang berpamit pergi, sekolah dan bekerja.

Kupacu sepeda motorku, jarum jam yang tak mau menunggu, maklum terburu-buru. Tersapa tetanggaku, tertegur temanku, anak-anak sekolah, terlewat rumah pak Haji Dani mantan RW yang senantiasa setiap pagi melambaikan tangan tanda mengucap salam jalan padaku. Begitu pula terlintas pintasan rel kereta Bogor-Depok yang mulai padat kendaraan untuk memulai aktifitas hari ini. Pedagang, penjual sayur, anak-anak sekolah, dan pekerja lalu-lalang, melintasi lintasan jalan rel kereta. Sesekali terhenti oleh KRL yang lewat dari Bogor atau sebaliknya dari Jakarta, sejenak terlihat tumpukan penumpang dalam kereta KRL yang setiap pagi hari-hari kerja terlihat dua tingkat, penumpang didalam dan penumpang diatas, maklum transportasi ini favorit rakyat. Mungkin juga rekan sekerjaku berada didalam lautan penumpang kereta KRL, transportasi yang cepat, padat dan sedikit berjuang, yang kata temanku biasa menggunakan transportasi ini dalam tiap bulannya selalu ada 1 atau 2 kali keterlambatan jadwal atau mogok, ya begitulah. Sedikit sejarah, transpotasi KRL ini sudah mulai beroperasi sekitar tahun 1930 oleh Pemerintah Belanda, jalur kereta listrik dari Batavia (sekarang Jakarta Kota) - Buitenzorg (Bogor), sekaligus peresmian Elektrifikasi Jalur KA oleh perusahaan KA Staats Spoorwegan milik pemerintahan Hindia Belanda. Elektrifikasi jalur KA pertama dilmulai pada jalur rute Tanjung Priuk - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 yang selesai Desember 1924, (sumber; www.krl.co.id). Jumlah pengguna jasa ini setiap tahunnya terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan ataupun perpindahan pendudukan disekitar lintasan KRL ini. Berharap pemerintah berupaya memenuhi armada angkutan ini, baik yang bekas dari Jepang, ya kalau baru atau buatan kita sendiri kenapa tidak... kita harus bisa bikin Kereta KRL.

Setelah melintas rel kereta, nah.. memulai jalan raya Citayam, jalan yang diapit oleh keadaan yang tidak bisa ya.. diapa-apakan, sebelah kiri/barat rel kereta, sebelah kanan/timur kali irigasi, lagi-lagi  irigasi yang dibangun oleh pemerintah Belanda untuk mengairi sawah, perkebunan, peternakan ikan, dan Banjir Kanal Selatan (BKS). Suatu kanal yang menghubungkan sungai Cisadane dan sungai Ciliwung teletak antara kota Bogor dan Depok yang dibangun sekitar tahun 1854, BKS ini dulunya disebut Westerlokkan atau "kanal barat Ciliwung, pelintasannya meliputi sungau Cileubeut, sungai Krukut (setu Citayam) terusan pecahannya melalui Cipayung, Mampang dan sampai Pondok Labu untuk sebalah barat, sedangkan sebelah timur meliputi Pondok Terong, Ratu Jaya, Depok, Pondok Cina, Srengseng, dan sampai Tanjung Barat-Pasar Minggu, (sumber; Distan.depok.go.id). Lalu sawah-sawah kemana perginya, kita harus menciptakan kembali sawah-sawah agar pertanian kita maju, agar kita swasembada beras, agar kita tak lapar lagi, agar negara-negara lain bisa beli beras kita, agar kita anak-anak kita nanti bisa melihat indahnya sawah, jangan hanya melihat nasi saja, wah... agenda besar dan mungkin mimpi.

Jalan yang setiap hari selalu aku dan sebagian penduduk selatan Depok lalui ini, keadaannya miris sekali, kondisi aspal yang kurang baik, penuh lubang, dan sesekali diuruk olah partisan masyarakat, dan bila hujan turun kebali seperti semula, berlubang. Beberapa kali macet, maklum angkot D-05 menguasai jalan ini, jalan yang menjadi matapencarian sopir-sopir angkot. Melihat  penumpang yang masih jauh terlihat di sebuah gang, tetap ia tunggu. Mungkin banyak pengendara motor dan mobil pribadi sangat jengkel, tidak sabar, bahkan terlihat kesal dengan membunyikan klakson panjang dengan angkot yang berhenti (ngetem) menunggu penumpang. Aku mencoba sabar, menerima keadaan ini, kalau punya nyali ya.. nyalip saja atau ngebut ya.. silakan. Keberadaan angkot harus kita terima, mereka dibutuhkan, masih banyak masyarakat yang menggunakan, sebelum dan nantinya kita butuh angkutan ini, "angkot ngetem" ya memang dia sedang mencari atau menunggu penumpang satu persatu tentunya untuk mencari nafkah. Karena mungkin jumlah armada angkot ini, dengan jumlah ruas jalan, dan pengguna/masyarakat serta factor-faktor lain sehingga tidak ada keseimbangan. Jumlah kendaraan mobil pribadi dan motor kian bertambah, karena jumlah orang yang bisa mengendarai motor dan mobil meningkat, memang dirasakan perubahan signifikan 5 tahun terakhir pertumbuhan kota Depok ini dapat terlihat drastis, jumlah lokasi tempat huni, perumahan-perumahan, bangunan komersial, dan lainnya. Hal ini suatu keadaan yang tak terkendali, pemangku kebijakan dan kewenangan tidak berjalan.

Melaju terus melewati pertigaan dan jembatan kecil, lagi-lagi kembali macet, perlahan merayap pada jalan yang tak rata terus sampai Kota Kembang, dan terus perlahan menuju Jalan Kartini, lalu Jalan Raya Margonda. Jalan utama kota Depok ini menjadi tempat Kantor Pemerintahan Walikotamadya Depok yang diresmikan pada tanggal 27 April 1999. Waktu itu Pelantikan Pejabat Walikotamdya Kepala Daerah Tk. II Depok adalah Drs. H. Badrul Kamal yang sebelumnya Walikota Kota Adminstratif Depok. Kota yang memilki lambang bergambar perisai lima, kujang, padi-kapas, pedopo, batu bata, dan gelombang air serta tulisan "Paricara Dharma", sekarang dijabat oleh Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, Msc. Sejak 26 Januari 2006 dan Wakilnya Yuyun Wirasaputra sampai tahun 2010, dan terpilih kembali kali ke2 untuk periode tahun 2010-2015  Nur Mahmudi berpasangan dengan Idris Abdul Somad. Berharap visi misi kota Depok konsisten berjalan dan tercapai. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota resapan air. Semoga saja harapan itu tercapai.  bersambung...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline