Anies Baswedan memang telah resmi mendapatkan tiket capres 2024 dari Partai Nasdem, sekaligus mendapatkan otoritas penuh dari Surya Paloh untuk memilih calon wakil presiden yang akan mendampinginya di pilpres 2024.
Namun otoritas memilih cawapres yang diberikan oleh Surya Paloh kepada Anies tersebut ternyata hanya otoritas "semu" belaka.
Semu, karena memang otoritas yang diberikan Surya Paloh kepada Anies untuk memilih sendiri calon wakil presidennya tersebut tanpa disertai dengan bargaining politik yang memadai.
Apa pasal?
Satu-satunya modal berharga yang dimiliki Anies saat ini, yang membuatnya diperhitungkan secara politik sebagai capres adalah elektabilitasnya yang lumayan tinggi.
Selebihnya, Anies tidak mempunyai nilai tawar yang lebih bahkan hanya sekedar untuk menentukan calon wakil presidennya sendiri, meskipun telah diberikan otoritas penuh oleh Surya Paloh.
Otoritas yang diberikan oleh Surya Paloh kepada Anies untuk memilih calon wakil presidennya sendiri seolah tak berati sama sekali karena pada kenyataannya sampai dengan saat ini Anies seolah tak mempunyai taji untuk menentukan siapa bakal calon presiden yang akan mendampinginya di pilpres 2024 mendatang.
Posisi Anies sendiri sebagai capres dari Partai Nasdem, justru seakan-akan tersandera oleh situasi karena Nasdem sendiri tidak mampu mengamankan tiket capres bagi Anies untuk mengarungi pilpres 2024.
Dengan hanya mengantongi 9 % presidential threshold, Nasdem mau tidak mau harus berkoalisi dengan partai-partai lain untuk bisa mengusung Anies sebagai capres di pilpres 2024.
Masalahnya, PKS dan Demokrat yang selama ini santer diisukan bakal merapat ke Partai Nasdem untuk berkoalisi mengusung Anies sebagai capres 2024, belum juga mengambil sikap sampai dengan saat ini.