Lihat ke Halaman Asli

Suka Duka Membangun Listrik Perbatasan

Diperbarui: 22 April 2016   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kegembiraan masyarakat Desa Ndao Nuse di Pulau Ndao-NTT. (Foto: Humas PLN)"][/caption]Program yang dicanangkan Pemerintah Jokowi-JK dalam memenuhi kebutuhan listrik di wilayah perbatasan dan pulau terluar, adalah merupakan tanggung-jawab besar yang ditugaskan pada PLN. Dalam merealisasikannya harus cepat dan terjadwal, mengingat salah satu wilayah terluar Indonesia yakni Nusa Tenggara Timur, merupakan provinsi kepulauan dan berbatasan wilayah dengan Negara Timor Leste dan Australia. Pemerintah sendiri menargetkan waktu yang sangat singkat penyalaan pertama listrik di perbatasan pada 17 Agustus 2015 lalu, dan dilanjutkan pada waktu-waktu sesudahnya.

Area PLN Wilayah NTT dalam melaksanaan pembangunan kelistrikan di perbatasan, meliputi 5 Kabupaten, 7 Kecamatan, dan 17 desa dengan membutuhkan 14 unit pembangkit berkapasitas total 6.950 kW, dengan panjang Jaringan Tegangan Menengah 86 kms (kilometer sirkit), jaringan tegangan rendah 88 kms, dan trafo distribusi 32 unit, dengan kapasitas 1.800 kVa. Nantinya, proyek tersebut akan melayani sebanyak lebih dari 11 ribu pelanggan.

Pembangunan kelistrikan perbatasan yang dilakukan oleh PLN NTT merupakan pekerjaan yang menantang, karena geografis yang dihadapi dalam pengiriman material sangat sulit. Utamanya jika menuju Desa Naekake, Kecamatan Mutis, karena harus melewati lebih dari 80 puluh sungai dan anak sungai, dengan mendaki bukit-bukit yang terjal. Bahkan ada yang harus menyewa kapal Fery karena transpotasi menuju desa Ndao Nuse yang terletak di kepulauan tersendiri dan jauh dari Ibu Kota Rote Ndao, yaitu Pulau Ndao di Kecamatan Rote Barat. Tambah lagi, tidak ada pelayaran kapal besar yang melayani tranportasi air, kecuali perahu kecil dari Pulau Rote sebagai Ibu Kota Kabupaten.

[caption caption="Pengedropan tiang listrik desa Naikake Kec. Mutis Kab. Timor Tengah Utara (Foto: Humas PLN)"]

[/caption]Target waktu yang diberikan pemerintah untuk mengoperasikan listrik perbatasan sangatlah singkat, yaitu empat bulan, sehingga jajaran manajemen PLN NTT bekerja lebih ekstra siang dan malam di lapangan dengan melibatkan semua jajaran dalam memantau pekerjaan. Termasuk, melaporkan setiap kali ada perkembangan dan jika mengalami kendala untuk dapat segera diantisipasi penyelesaiannya.

[caption caption="Penurunan mesin pembangkit dimalam hari (Foto: Humas PLN)"]

[/caption]Di samping laporan langsung melalui birokrasi manajerial, segala perkembangan juga dimonitor via Grup Forkom Listrik Perbatasan dalam aplikasi WhatsApp, yang langsung disampaikan pada direksi oleh manajemen setiap saat.

Layanan Forkom Listrik Perbatasan via Whatsapp ini adalah untuk mengomunikasikan perkembangan atau progress perkembangan pekerjaan di lapangan. Tentu agar target yang telah dicanangkan oleh pemerintah dapat terpenuhi. 

Listrik perbatasan, sekali lagi, sangat mutlak. Apa yang dirasakan masyarakat di Pulau Ndao dengan adanya listrik malah dirasa menjadi kado pada Hari Kemerdekaan RI yang ke-70. Waktu itu, masyarakat bersama pimpinan daerah setempat dan PLN, bersama-sama menyalakan listrik pertama yang menerangi pulau terpencil dan terluar serta berbatasan dengan Australia.

Begitulah sekilas perjuangan dan kerja keras PLN dalam mewujudkan listrik perbatasan. Listrik adalah kebutuhan vital. Listrik untuk Nasionalisme. Selain, Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline