Pada Maret lalu, ada seorang ibu pedagang sembako di Penjaringan-Jakarta Utara, Susanna Indrayani, mendadak viral. Video tentangnya meramaikan media sosial, menjadi bahan berita di berbagai media, hingga ditayangkan di berbagai stasiun TV.
Kisahnya mampu bikin banyak orang terharu. Tak sedikit juga yang memberi hormat kepadanya, karena ia memilih untuk menjual dagangannya hanya kepada pedagang kecil dan menolak rayuan pedagang-pedagang besar yang ingin memborong dagangannya.
Satu hal yang paling penting dari mencuatnya nama Bu Susanna adalah fakta adanya jutaan orang mendapatkan pesan baik dan keteladanan dari sosoknya.
Saat tulisan ini dibuat, cuitan tentang Bu Susana di akun twitter @arjuno_ireng01 sudah mendapatkan retweet hingga 33,5 ribu kali. Selain itu, juga mendapatkan likes hingga 71,9 ribu. Total viewer atau yang menyaksikan video tersebut mencapai angka 1 juta.
Di video itu terekam bagaimana sikap keras Bu Susanna. Di saat orang-orang mengalami panic buying atau belanja besar-besaran karena kepanikan, ia memilih hanya menjualnya kepada masyarakat kecil, termasuk pedagang kecil.
Ia menolak pedagang yang memiliki uang banyak dan mampu membeli dagangannya jauh lebih banyak dan harga lebih tinggi. "Dalam kondisi sekarang, harga tidak akan saya naikkan kecuali dari sana--dari pabrik--naik," kata dia dalam bahasa campuran bahasa Indonesia dan bahasa Hokkian.
Tak pelak, selain cuitan itu sendiri viral, beberapa media mainstream termasuk televisi pun menayangkan berita tentang sang ibu pedagang sembako. Bisa dipastikan, jutaan orang tersentuh dengan berita tentang ibu tersebut.
Wahai sekalian pengurus TV, sering-seringlah kalian mengangkat orang-orang sebaik ini.
Sebuah kesan baik
Bisa jadi Bu Susanna juga mengalami ketakutan. Kalaupun mau menyebut beliau sebagai penakut, maka beliau adalah penakut yang cerdas. Tidak membiarkan ketakutan menguasainya, namun ia menguasai ketakutan itu.
Alhasil, saat ketakutan bikin banyak orang lantas panik dan terburu-buru untuk melakukan segala cara, Bu Susana yang mampu menguasai ketakutan masih bisa berpikir untuk kebaikan orang lain. Bisa jadi karena ia memahami, jika sembarangan bersikap, bukan hanya dirinya saja yang rugi, namun satu negara dapat saja terugikan.