Di luar perang, hal lain yang paling menakutkan bagi banyak orang adalah krisis ekonomi. Alasannya jelas, sebab kedua kondisi ini sama-sama menakutkan dan sama-sama bisa menghancurkan. Maka itu, menggali sejauh mana kekuatan "pertahanan" Indonesia sendiri dalam menghadapi ancaman ekonomi global akan selalu menarik sekaligus mendebarkan.
Hari ini, Venezuela menjadi bagian cerita nyata dari alasan kenapa krisis ekonomi bisa sangat menakutkan. Di samping, negara inilah yang paling menggambarkan bagaimana efek dari krisis ekonomi.
Mereka mengalami inflasi luar biasa, yang bahkan--menurut International Monetary Fund--menembus 10 juta persen. Sebelumnya, di antara negara-negara di Amerika Latin, Venezuela di masa lalu terkenal sebagai negara paling kaya.
Sementara kini, mata uang mereka sama sekali tidak berharga. Bahkan menurut laporan VOA, masyarakat negara tersebut akhirnya memilih untuk saling barter untuk menggantikan jual beli lazimnya di masa sekarang.
Membaca potensi krisis, dari negara besar hingga negara kecil
Saat ini, setidaknya ada dua kondisi serius yang dapat menjadi pemicu masalah ekonomi global. Satu di antaranya adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sebagai dua raksasa ekonomi dunia semakin memanas.
Berdasarkan laporan terkini, per Mei 2019, Donald Trump sebagai orang nomor satu "Negeri Paman Sam" mengambil langkah dengan menaikkan tarif hingga 25 persen untuk produk-produk yang berasal dari Tiongkok. Tentu saja, itu setara dengan 200 miliar dollar AS.
Tak tanggung-tanggung, kebijakan ini dilakukan AS terhadap produk Tiongkok, mencakup air conditioner (AC) hingga kasur, dari sepeda sampai dengan peralatan sedot debu.
Bahkan menurut CNN, Presiden AS akan menambah jenis produk impor yang akan menjadi sasaran kenaikan tarif masuk tersebut. Selain peralatan elektronik semisal gawai (gadget), juga akan menyasar mainan anak hingga pakaian.
Tentu saja, perang dagang pun tak berbeda dengan peperangan lazimnya. Terkadang, semakin kuat suatu pasukan, maka dapat saja mereka mengalami kerugian yang juga semakin besar. AS sendiri harus berhadapan dengan fakta akibat perang dagang tersebut. Salah satunya, sektor ritel "Negeri Paman Sam" terkena imbasnya.