"Kita tahu bahwa daratan adalah raja, tetapi lautan adalah ratu. Dan, kita semua tahu bahwa dalam permainan catur, ratu adalah yang terkuat." (Luhut Pandjaitan, di Our Ocean Conference 2018).
Meskipun hanya berlangsung dua hari, namun andil Indonesia di Konferensi Kelautan 2018 atau Our Ocean Conference 2018, bisa saja memberikan kebanggaan bertahun-tahun. Tidak hanya karena telah menjadi bagian sejarah penting dalam pengelolaan laut, tetapi juga dampak dilahirkan dari sana.
Satu sisi kita pantas bangga. Di sisi lain ada yang lebih pantas dibanggakan, karena Indonesia bisa menjadi motor di Asia untuk isu-isu global yang sangat diseriusi oleh negara-negara di dunia.
Sebab, salah satu hasil dari pertemuan tahunan itu kali ini adalah lahirnya kesepakatan untuk serempak menegakkan komitmen membersihkan lautan dari pencemaran akibat sampah plastik.
Menjadi istimewa karena kesepakatan ini melibatkan perwakilan dari 143 negara terlepas acara ini hanya berlangsung selama dua hari, pada 29-30 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali.
Kenapa persoalan kebersihan laut menjadi perihal sangat penting sebagai hasil dari kegiatan ini tak lain karena dari sampah plastik saja bisa berakibat pada terjadinya seabrek masalah.
Ini juga yang sempat disinggung Kemenko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, saat berbicara khusus pengaruh pencemaran laut terhadap masalah stunting alias tidak tercukupinya gizi untuk seorang anak bisa tumbuh sebagaimana mestinya. Persoalan ini diangkat secara khusus oleh Luhut Pandjaitan di hari terakhir OOC 2018, Selasa (30/10), di sesi khusus Breakfast Meeting on Combating Marine Plastic Debris.
Persoalan stunting itu sendiri tidak saja berpengaruh kepada fisik yang tidak tumbuh ideal, namun juga bisa berdampak pada inteligensi anak. Maka itu, jika masalah ini tidak diseriusi, dapat dibayangkan bagaimana dampak lebih jauh terhadap negeri ini sendiri.
"Stunting memang terdengar seperti biasa saja, tapi itu berbahaya. Bisa mengancam generasi muda Indonesia," kata Luhut Pandjaitan.
Menurutnya, persoalan stunting ini akan sangat terasa bagi negara-negara yang masuk kategori negara dunia ketiga alias negara berkembang. Berbeda dengan negara maju, yang bisa jadi takkan terlalu merasakan dampak dari stunting tersebut.