Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Potret Miwa Sado yang Mati karena Kerja Berlebihan

Diperbarui: 7 Oktober 2017   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Miwa Sado, jurnalis NHK - Foto: Guardian.ng

Tak hanya orang Jepang, di Indonesia pun masih banyak yang merasa bangga jika memiliki kesibukan. Namun apa yang dialami Miwa Sado, seorang jurnalis di NHK Jepang, patut menjadi catatan tersendiri bagi kita yang selama ini yang mungkin tak lagi menguasai kesibukan, melainkan telah dikuasai oleh kesibukan. Ia meninggal pada Juli 2013, namun kembali mencuat karena persoalan jam kerja di Jepang kembali menjadi sorotan setelah otoritas pekerja di negara tersebut menemukan penyebab kematian jurnalis itu karena bekerja berlebihan.

Miwa Sado memang telah menjadi cerita tersendiri, terutama di kalangan pekerja media. Pasalnya, jurnalis wanita yang baru berusia 31 tahun itu harus menebus kesibukannya dengan nyawa. Ia mati karena gagal jantung setelah bekerja 159 jam 37 menit dalam satu bulan, berdasarkan laporan dari BusinessInsider.com, Jumat (6/10/2017).

Dengan jam kerja selama ini, praktis Sado bekerja hingga sembilan jam secara rata-rata setiap harinya. Parahnya lagi, ia bahkan tetap bekerja tak terkecuali di hari libur.

Di Jepang, ada istilah "Karoshi" untuk menyebut kematian yang terjadi akibat bekerja secara berlebihan. Terjadi persis sebulan setelah kali terakhir ia sempat mencurahkan isi hatinya kepada ayahnya. "Saya terlalu sibuk dan terlalu stres," katanya via surel, mengisyaratkan kesibukannya sebagai pekerja media.

Sejatinya, di Jepang ada aturan, bahwa seorang pekerja dengan profesi apa pun hanya bisa bekerja 40 jam dalam sepekan. Artinya tak lebih dari delapan jam per hari. Sayangnya, mungkin karena memang bekerja di media manapun memiliki tekanan pekerjaan yang tinggi, Sado memilih membiarkan dirinya dikuasai oleh kesibukan.

Gbr: News.co.au

Berdasarkan laporan BusinessInsider.com, pemerintah setempat sempat membeberkan jika di Jepang ada lima perusahaan yang memiliki pekerja yang beraktivitas lebih dari 80 jam per bulan, atau lebih dari empat jam dari seharusnya setiap harinya.

Kesibukan itu juga dan ketatnya pekerjaan yang mereka lakoni, tercatat ada 2.159 orang yang bahkan akhirnya memutuskan bunuh diri, setidaknya per 2015 lalu. Di antara kasus yang sempat heboh adalah bunuh diri yang dilakukan Matsuri Takahashi pada Desember 2015 lalu, yang memilih meloncat dari apartemen tempat tinggalnya dan meninggal di usia 24 tahun. Lagi-lagi keputusan itu diambil hanya karena pekerjaan yang dirasakan tak ada habis-habisnya.

Dalam kasus Sado, ia sendiri bekerja sebagai jurnalis yang menangani berita-berita politik, dan sempat menangani berita-berita seputar Pemilihan Umum. Ia meninggal persis setelah tiga hari sejak Pemilu itu usai, yang ditengarai karena ia memang masih sangat disibukkan dengan pemberitaan seputar pesta demokrasi tersebut.

Sedangkan dalam kasus Takahashi, ia memilih bunuh diri karena tekanan pekerjaan, karena merasa tak memiliki jalan lain. Sebelumnya di tengah perasaan tertekan, ia hanya menuliskannya di media sosial, yang mengisyaratkan perasaannya, namun tak cukup membantunya keluar dari perasan tertekan.

"Saya ingin mati," tulisnya di media sosial, sepekan sebelum Natal 2015, seperti dikutip dari TheGuardian.com."Saya merasa hancur secara fisik dan mental." Sebuah curhatan yang akhirnya berujung bunuh diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline